Pages

Pages

23.12.08

Sebuah Model Perpustakan Digital

1. Digital Library dan Batasannya 
Sejauh pemahaman, perpustakaan digital merupakan sebuah tempat penyimpanan dalam suatu koleksi materi yang secara relatif bernilai fixed, permanent, berupa dokumen digital yang bisa di akses (browse) atau di-search oleh individual user yang memiliki kebutuhan informasi artikel, resensi buku maupun jurnal. Perpustakaan secara tradisional, berfungsi sebagai tempat penyimpanan dari koleksi buku-buku langka agar tetap tahan lama juga sebagai tempat pengelolaan buku-buku tersebut. Buku-buku, secara umum, merupakan tipe dokumen yang tetap "fixed" (perubahan sedikit/lambat) dan lebih permanen (masa pemanfaatan lama). Asumsi diterima, bahwa dugaan fixity dan permanen bisa dihubungkan pada perpustakaan dan koleksi didalamnya. Asumsi ini juga perlu dimasukkan sebagai bahan pertimbangan dalam pembentukan perpustakaan digital. Memang, kenyataannya, dalam teknologi digital tidak ada yang bisa membenarkan bahwa hanya dokumen yang mengalami sedikit perubahan (bahkan jarang berubah) dan memiliki waktu hidup yang lama yang sebaiknya dijadikan sebagai calon dari status perpustakaan digital. Namun sebaliknya, dengan mengurangi modifikasi dari dokumen digital akan menghasilkan sebuah kelas data, dimana dokumen digital dalam kelas tersebut tidak lagi sesuai dengan profil perpustakaan secara tradisional.

Perpustakaan digital tentunya berbicara mengenai koleksi dokumen digital. Dengan pemahaman ini, berarti sebuah komunitas perpustakaan digital hanya tertarik dan fokus pada dokumen digital. Pemahaman lainnya, lebih difokuskan pada bentuk-bentuk digital, dimana kertas hanya menjadi sebuah media transisi (peralihan) pendukung sementara. Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, tidak dipercaya bahwa kertas berada pada ambang eliminasi, atau bahkan dipinggirkan, kalaupun hal itu terjadi, hal itu akan menimbulkan pertanyaan serius tentang kelayakan penggunaan pendekatan digital. Salah satu pihak mungkin setuju dengan hal ini, bagaimanapun, dan masih percaya bahwa pemisahan pendekatan dapat dilakukan, dimana DL untuk memenuhi kebutuhan digital, dan perpustakaan tradisional untuk memenuhi kebutuhan kertas. Sebuah pendekatan yang tepat akan mampu melibatkan integrasi material secara keseluruhan, termasuk yang berada di luar jangkauan komputasi.

2. Perspektif Digital Library 
Menurut Levy[3], ada dua cara untuk memperluas konsep mengenai perpustakaan digital. Secara khusus, perpustakaan digital merupakan tempat penyimpanan dari dokumen yang secara relatif fixed, relatif permanen, yang dapat dimanfaatkan secara luas, dan desain dari perpustakaan memberikan account kepada user untuk bisa digunakan, pemanfaatan dokumen tambahan, dokumen dengan short-lived, dokumen yang hanya tersedia di lokasi tertentu, hal-hal ini melengkapi pemanfaatan materi perpustakaan oleh komunitas tersebut. Secara umum, perpustakaan juga bisa memiliki koleksi transient (ephemeral), dokumen yang hanya diterbitkan lokal. Dan desain dari perpustakaan harus bisa menyediakan account user untuk menelusuri koleksi-koleksi perpustakaan baik berupa digital. Pemahaman mengenai kebutuhan akan pendekatan yang luas dalam kasus ini, berasal dari studi kasus yang dilakukan oleh para analis informasi.

Tiga perspektif yang berbeda dalam kerja analis. a. Artifact yang mereka gunakan dan hasilkan, bagaimana seorang analis memperoleh latar belakang dan detil yang mereka butuhkan, dan bagaimana mereka melaporkan umpan-balik kepada sumber informasi masyarakat.
Interpretasi yang mereka gunakan selama melakukan analisa, bagaimana analis membangun batasan antara pembacaan sumber materi dengan penulisan laporan.
Kolaborasi yang terjadi, bagaimana sebuah tugas dianggap sebagai tugas individual (perorangan) pada sebuah kelompok kerja informal, namun dirasa sebagai tugas bersama (dengan ketergantungan) pada struktur sosial yang cukup kompleks.

3. Implikasi
Perpustakaan digital, bisa dikatakan sebagai perpustakaan masa depan Untuk mewujudkan hal ini, bagaimanapun, perpustakaan digital harus bisa memenuhi sejumlah besar materi yang dibutuhkan, teknologi, dan pemanfaatannya harus lebih baik daripada konsep atau pandangan yang berkembang saat ini. Secara jelas, saat ini komunitas perpustakaan digital telah dibentuk.
Secara teknis dapat dirumuskan, bahwa ada tiga implikasi dari pengembangan teknologi bagi perpustakaan digital[3]:

Media integration. Jika kertas tidak akan hilang, maka para pengembang teknologi akan tertantang untuk menciptakan integrasi yang baik antara bentuk digital dengan bentuk kertas. Bagaimana sebaiknya protocol yang dimiliki, bagaimana prosedur pencarian yang harus dibuat jika beberapa database tidak sesuai dan mungkin bukan dalam bentuk digital. Bagaimanakah arsitektur dokumen yang akan dimodifikasi menjadi hybrid dokumen, dimana sebagian dari dokumen merupakan digital form, sedangkan yang lainnya masih dalam bentuk kertas.

Versi. Saat ini pola komersialisasi ketersediaan versi digital, tidak bisa memenuhi banyaknya document-intensive tasks. Sistem operasi komputer saat ini menyediakan sedikit ataupun tidak menyediakan bantuan dalam melacak tipe versi dari dokumen ataupun file. Bagi komunitas hypertext/hypermedia hal ini justru menjadi hal yang sangat penting, sebagai subjek penelitian dan diskusi. Selama perpustakaan digital masih melibatkan relatively fixed, relatively permanent material, versioning akan mendapatkan perhatian yang sedikit. Tapi jika koleksi mendatang memiliki lebih banyak fluid and transient material, dan memiliki lebih banyak pola penamaan, finding, manipulating versi akan menjadi penting, dan menjadi penting lagi jika koleksi hybrid.

Tools untuk komunikasi kolaborasi. Jika kerjasama (kolaborasi) di perpustakaan sangat tinggi, tools yang kita sediakan harus tetap memberikan ketersediaan bagi single-user browsing dan access. Tools tersebut tidak hanya mendukung kegiatan kerjasama (kolaborasi) seperti share annotation, dan pemeliharaan dari subkoleksi lokal dari materi tersebut, tapi juga mendukung tindakan komunikatif.

4. Prinsip Pembangunan DL
  Prinsip pembangunan DL yang dikembangkan menggunakan sebagian prinsip yang diadopsi dari McCray[1]:Melakukan prediksi terhadap perubahan, dalam artian dalam pembangunan DL telah diprediksi mengenai adanya paradigma yang berubah, kususnya terkait dengan perawatan DL perkembangan teknologi lebih cepat daripada kemampuan desainer melakukan perawatan web DL. Mamahami konten, dinamika DL menciptakan nilai konten sebagai aset informasi yang berharga, sehingga perlu dipikirkan penanganan dan perawatan suatu konten dari sisi siklus hidup konten. Memahami aspek nilai konten, metode yang digunakan untuk melakukan digitalisasi objek, teknik marking-up yang dipakai dan atauran penulisan metadata. Melibatkan pada bidang yang berkompeten. Prinsip ini akan melibatkan dua bidang science yaitu komputer science dan pustakawan. Komputer science akan menekankan pada semantik interoperabilitas dan standar metadata yang digunakan, sedangkan pustakawan menekankan pada pengelolaan indexing, katalog dan retrieval sebagai kustodian. Didesain sehingga mudah digunakan dalam berbagai sistem pengguna. Perbedaan secara hardware usia teknologi interface yang beragam, misal 80486 dan Pentium IV agar secara fisik memiliki perbedaaan akses yang minimum, juga menggunakan browser dan web navigasi yang dipakai. Keterbukaan akses, yang memberikan akses informasi ke publik dengan pemikiran batasan share information.

Fitur yang disediakan seperti article matcher mengijinkan user memberikan feedback kepada sistem dengan tingkatan 5-point sekla preferensi dari pemilihan material mayor sampai dengan memberikan preferensi ordinal (dari sangat suka sampai tidak menyukai, skala linkage 1-5). Nomor mobile phone dan PDA juga disertakan dalam pendaftaran account sehingga secara periodik user akan dikirimkan jurnal, artikel yang sesuai preferensinya ke nomer HP user selain merekomendasikan melalui account pada situs dan subscribe pada e-mail user.

5. Pembangunan Digital Library
Hal mendasar yang digunakan sebagai konsep pembangunan adalah tidak terlepas prinsip-prinsip yang dikemukakan McCray, konsep digitalisasi dokumen yang diambil dari retrieval system, migrasi maupun pengelolaan manual dari scanner mengacu pada konsep indexing yang menggunakan metadata yang mengacu pada Metadata Durbin Core[6]: title, creator, subject, description, publisher, contributor, date, type, format, idetification, source, language, relation dan coverage. Semua dokumen didigitalkan secara otomatis dan digenerate menjadi webpage yang siap untuk dipublikasikan secara umum. Pada situs yang dibuat dilengapi dengan account user yang didalamnya dilengkapi dengan pertanyaan mengenai profesi, bidang dan minat artikel yang masing-masing artikel sampel dilengkapi dengan prefrensi dari sangat suka sampai dengan tidak menyukai, user baru mendaftarkan juga PDA ataupun mobile media yang dimilikinya. Mesin akan mengirimkan rekomendasi berdasarkan preferensi user melalui account user pada situs maupun informasi artikel yang dikirimkan melalui sms ke pada PDA maupun mobile phone user yang telah didaftarkan, dan secara dinamis PDA user melakukan sinkronisasi preferensi untuk saling menukarkan artikel maupun informasi penting diperoleh melalui situs DL.Konsep keterhandalan dokumen ditinjau dari sisi life cycle dokumen, rentan terhadap dinamika perubahan trend suatu perubahan dokumen. Misalnya type file gambar, audio dan video. Perubahan file gambar dari *.bmp *.jpg, *.psd, *.ufo juga perubahan file video. Fenomena ini menunjukan kebutuhan standar sistem yang dijadikan referenesi bagi pengembangan DL pada masa yang akan datang, konsep standar juga digunakan untuk melakukan penyesuaian file dokumen lama agar usia dokumen tidak mati ketika format digital yang digunakan trend sebelumnya tidak dipakai lagi ataupun tidak ada software eksekusinya lagi. Standart acuan pembangunan digital library dapat ditunjukkan tabel pada Gambar4 Setelah aturan staandar digunakan sebagai acuan dan rujukan, maka pemeliharaan sistem selanjutnya menjadi objek pemikiran yang terkait dengan komitmen dan life cycle document. Dari konsep pembangunan sistem yang dirancang, dibentuk sebuah sistem yang melakukan otomatisasi dari entri meta data sampai proses publikasi seperti .

Tabel Standardisai Pembangunan dan Pengembangan DL
Accesibility Guidelines
Web accesibility iniciative: http://www.w3.org/WAI
Federal information Teknologi: http://www.section508.gov/
Initiative dan Resource
Digital Library Stabdar Barkely SUNSITE:
sunsite.barkely.edu/info/standart.html
Intelaktual Properti
US.Copyright Office: http://www.cloc.gov/copyrigh
Markup Standar
Hipertext Marup Language (HTML): http://www.w3.org/MarkUp/
Extensible Markup Language (XML): http://www.w3.org/XML
Standart Genaral Markup Language (SGML): www.w3.org/Markup/SGML/
Metadata Stabdar
DurbinCore: durbincore.org
Encoded Archivel (EAD): kweb.log.gov/ead/
Standar Organization
Amarican National Standart Institute: http://www.ansi.org
Institute of Electrical and Electronic Engineer. Inc (IEEE) Standart Association: standart.ieee.org
Medical Subject Headings (MaSH): http://www.nlm.nih.gov/mash/mashhome.html
Library Congres Subject Headings: lcweb.log.gov/cds/lcsh.html


6. Permasalahan yang Muncul
Masalah mendigitalkan dokumen, pembuatan DL tidak menemui masalah selama dokumen yang diterima berupa file elektronik. Masalah muncul pada saat dokumen yang diterima berupa file non-elektronik, misalnya berupa kertas atau buku. Hal ini merupakan masalah utama yang dibahas pada proyek-proyek, pembuatan DL, dengan dokumen dari perpustakaan umum atau dari grey literature. Masalah copyright, terbagi menjadi dua terkait dengan hak cipta pada dokumen yang didigitalkan, termasuk: merubah dokumen ke digital dokumen, memasukkan digital dokumen ke database, merubah digital dokumen ke hypertext dokumen.

Masalah Copyright kedua adalah hak cipta pada dokumen di communication network. Didalam hukum hak cipta masalah transfer dokumen lewat komputer network belum didefinisikan dengan jelas. Hal yang perlu disempurnakan tentang: hak meyebarkan, hak meminjamkan, hak memperbanyak, hak menyalurkan baik kepada masyarakat umum atau pribadi, semuanya dengan media jaringan komputer termasuk didalamnya internet, intranet,dan sebagainya Pengaturan hak cipta pada digital dokumen diatas sangat diperlukan terutama untuk memperlancar proyek DL. Salah satu wujud nyata adalah penelitian tentang ECSM (Electronic Copyright Management System), yang intinya adalah sistem yang memonitor penggunaan digital dokumen oleh user secara otomatis. Selain hak cipta dan dokumen adalah infrastruktur dan pembiayaannya, konsep teknologi yang dinamis membutuhkan banyak effort untuk menyelenggarakan sebuah sistem DL yang berumur panjang serta juga harus memiliki kerterhandalan performa sistemnya. Fenomena ini memberikan tuntutan bagi sebuah komitmen pembangunan sistem DL.

Auotomate pada sistem, dimana sistem dirancang untuk digunakan secara otomat melakukan digitalisasi dokumen yang diperoleh dari retrieval web, migrasi sistem dan digenarate sebagai shtml yang siap dipublikasi, ditunjukkan pada Gambar-1.Standardisasi, dimana untuk melakukan penelusuran dan pengembangan arsip diperlukan acuan yang standar bagi pengelolaan DL sebagai jalur apabila suatu saat terjadi transformasi pada sistem DL penyesuaiannya akan lebih smooth.Kontrol Kualitas pengukuran material yang digunakan, metode peyajian dan output publik akses harus terukur kualitasnya.Pemeliharaan berkelanjutan diperhatikan seagai aspek usia dan pengembangan dan pembangunan situs DL6. Rekomender SistemSetelah sebuah sistem DL dibangun, ide yang dipikirkan kemudian adalah bagaimana melakukan pemanfaatan DL secara lebih optimal, bagaimana menyikapi kebutuhan user yang memliki preferensi yang beraneka ragam terkait dengan informasi sesuai dengan kebutuhannya. Perlu disiapkan sebuah mesin pendukung yang melakukan kalkulasi preferensi dari input user yang masuk bagi pengelolaan rekomender sistem. Sistem yang dirancang merupakan sebuah mesin yang menawarkan sebuah bentuk rekomendasi kepada user dengan mekanisme kaidah yang telah dibangun berbasis algoritma preferensi. Recomender sistem merupakan salah satu solusi bagi informasi overload. Kerangka kerja mesin ini merekomendasikan berdasarkan pola dan profesi, prediksi kebutuhan user dari prilaku kebutuhan dan pembelian informasi sebelumnya. Perubahan tingkah laku user kedepannya. J Ben Scafer[2] dalam papernya mengemukakan recomender sistem akan memberikan nilai tambah dengan tiga pendekatan : Browser to buy, akan memicu user membeli produk artikel dan informasi dengan menunjukan barang-barang yang dimungkinkan selaras dengan selera user. Closs-Sell, menawarkan keunggulan penjulan mengenai jurnal-jurnal dan artikel yang memiliki nilai manfaat lebih kepada konsumen. Loyality, dengan menjadi kepuasan user melalui pelayanan, harapan yang diinginkan adalah model prilaku pembelian dan akses yang berulang sehingga terbentuk loyalitas customer.Roekomender sistem yang difokuskan pada penyajian artikel dan jurnal bagi kebutuhan user, dan pembelian informasi yang dishare terkait dengan isu hak cipta sebagai properti author. Sehingga recomender sistem secara efektif meningkatkan volume akses dan pembelian informasi. Sistem memberikan informasi kepada user dengan memberitahukan mengenai halaman suatu buku, jurnal maupun artikel yang dicari secara detail dilangkapi dengan diskripsi teks dan gambar serta harga informasi secara lengkap, yang merupakan bentuk dari katalog virtual. Hal direkomendasikan dari DL, yang mana kepada user direkomendasikan informasi yang yang sering diakses user, dengan pendekatan pada preferensi, memberinya rating nilai informasi yang diseleksi konsumen untuk dikonsumsi. 

DAFTAR PUSTAKA
[1] Alexa T. McCray dan Marie E Gallagher. "Principles of Digital Library Defelopment", Comunication of The ACH. Vol 44. No.5 Mei 2001
[2] Ben Schafer, Joseph Konstan, John Riedl GroupLens Research. "Recommender Systems in e-Commerce", Project Department of Computer Science and Engineering, University of Minnesota
[3] David M. Levy dan Catherine C. Marshall. "Washington's White Horse? A Look at AssumptionsUnderlying Digital Libraries". Xerox Palo Alto Research Center, 3333 Coyote Hill Road, Palo Alto
[4] John Keinberg, Mark Sendler. Convergent Algorithm for Colaboratif Filtering. Cornel University, Ithaca, NY
[5] Marius, Poject TAPAS, Norwegian University of Science and Techology. Tordheim
[6] National Information Standards Organization. The Dublin Core Metadata Element Set: Draft Standard Z39.85; see www.niso.org/Z3985.html
[7] Romi Satrio W, "Digital Library dan Proyek-proyek Penelitiannya". Warta Saince, DIMENSI Vol2. No1 Juli 1999