Pages

Pages

3.4.11

Prencanaan Arsitektur Sistem Informasi dengan menggunakan Model Zachman Framework

Zachman Framework (ZF) merupakan suatu bentuk pemodelan yang bertujuan untuk membuat representasi ekplisit dari suatu enterprise. Dengan kata lain, ZF menyediakan wadah untuk menampung seluruh pemahaman individual mengenai enterprise, yang secara abstrak dan parsial terdapat dalam benak tiap manajer. Framework ini akan memberikan gambaran nyata mengenai semua hal yang berhubungan dengan organisasi. Model organisasi yang berbentuk framework ini akan memungkinkan organisasi memiliki “ingatan berbentuk” mengenai seluruh hal dalam organisasi, sehingga pengetahuan individu tidak akan hilang bersama dengan perginya individu tersebut.
ZF berbentuk representasi matrik dua dimensi dengan dua sumbu utama yaitu, sumbu vertikal dan sumbu horizontal yang masing-masing terdiri dari 6 buah obyek. Sumbu vertikal menyediakan multiple perspective dari keseluruhan arsitektur enterprise dan sumbu horizontal merupakan abstraksi klasifikasi berbagai artifak dari arsitektur enterprise.


1. Konsep PengembanganPengembangan arsitektur enterprise berbasis model ZF, digunakan untuk mengambarkan arsitektur enterprise berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai. Model ZF memberikan banyak sudut pandang sehingga memudahkan komunikasi dari seluruh stakeholder enterprise untuk memahami apa yang ada dalam enterprise (sumber daya, tujuan maupun perencanaan).

Gambar-1: Model ZF Untuk Perencanaan Arsitektur Enterprise

Model ZF terbentuk dari matrik 2 dimensi yang berisi enam baris dan enam kolom (lihat gambar-1). Keenam baris pada gambar diatas menyajikan enam sudut pandangan. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing sudut pandang tersebut:

Perencana (Planner), sudut pandang perencana berkaitan dengan aktifitas penetapkan latar belakang, lingkup dan tujuan enterprise. Pada perspektif ini di definisikan arah dan tujuan bisnis enterprise.
Pemilik (Owner), sudut pandang pemilik berkaitan dengan penerima atau pemakai produk/jasa akhir dari enterprise. Pada perspektif ini digambarkan model kebutuhan bisnis/produk/jasa dari pemilik.


Perancang (Designer), sudut pandang perancang barkaitan dengan aktifitas perantara antara apa yang diinginkan pemilik dan apa yang dapat dicapai secara teknis dan fisik. Pada perspektif ini dibutuhkan suatu model yang dapat mengambarkan secara detail proses bisnis yang ada.


Pembangun (Builder), sudut pandang pembangun berkaitan dengan model teknologi yang akan dikembangkan. Pada perspektif ini digambarkan model teknis dari sistem enterprise yang dibangun.
pelaksana (Integrator), sudut pandang subkontraktor berkaitan dengan model yang mengambarkan bagian-bagian yang akan dimasukkan dalam produk akhir dalam hal ini sistem informasi enterprise.
Pengguna (user), sudut pandang penguna berkaitan dengan wujud nyata antarmuka sistem yang dikembangkan.

Keenam kolom pada gambar diatas menyajikan fokus pada abstrasi atau topik dari arsitektur enterprise, yaitu: data, fungsi, jaringan, manusia, waktu dan motivasi. Enam fokus ini masing-masing berkaitan dengan pertanyaan dasar: apa, bagaimana, dimana, siapa, kapan, dan mengapa. Walaupun ZF merupakan framework arsitektur enterprise, harus disadari bahwa framework ini tidak mengandung metode. ZF hanyalah model framework untuk mengorganisasikan artefak arsitektur enterprise. ZF dapat dimanfaatkan untuk menentukan apakah suatu metode meliputi semua aspek dalam arsitektur enterprise atau sebaliknya aspek apa saja yang dicakup oleh suatu metode, Framewok ini menyediakan alat yang bernilai tinggi bagi arsitek enterprise untuk membantu mengelola artefak enterprise. Artefak-artefak dalam ZF tidak seharusnya dipopulasikan untuk keseluruhan enterprise secara seketika karena akan memakan waktu dan biaya. Populasi framework dilakukan seharusnya secara berkelanjutan yang berbasis pada pendekatan sebagian-sebagian. Ini berarti memecah proyek arsitektur enterprise menjadi proyek-proyek yang lebih kecil. Dengan demikian, organisasi dapat berfokus ke proyek yang dianggap lebih penting terlebih dulu.


2. Tahapan Pengembangan Model ZF
Tahapan pengembangan model ZF dimulai dari baris teratas pad perpektif perancang bergerak kebawah sampai pada perpektif pengguna. Metode yang digunakan untuk memodelkan segara aktifitas dalam setiap model tidak didefiniskan dengan jelas. Ini menunjukkan bahwa pengambaran sistem enterprise dapat mengunakan metode yang dirasa familiar oelh setiap penguna. Level abstraksi yang digunakan oleh setiap level dibuat bergerak dari kolom terkiri pada data yang merepresentasikan [pertanyaan apa] bergerak ke kanan pada motivasi yang merepresentasikan [pertanyaan kenapa]. Setiap level abstraksi depat memberikan pemahaman yang lebih mendalam pada pengguna akan bentuk dari enterprise yang sesungguhnya. Menginggat banyaknya sudut pandang dan level abstraksi yang di akomodir oleh model ZF, merupakan suatu kesulitan yang luar biasa untuk membangun suatu arsitektur enterprise dengan memenuhi segala ketentuan diatas.

 
Speawak mengemukakan cukup mendefiniskan pada 2 baris dan tiga kolom pertama dari model ZF sebagai batas minimal penggunaan model ini [13]. Secara lebih lanjut Speawak mengambarkan proses perencanaan arsitektur enterprise menjadi tingkatan-tingkatan dengan aktifitas sebagaimana pada gambar-2. Tingkatan pertama merupakan inisialisasi proses perencanaan arsitektur, pada tingkatan kedua berkaitan dengan analisis enterprise saat ini. Pada tingkatan ini, kegiatan yang dilakukan meliputi pemodelan sistem bisnis dan sistem informasi yang telah ada. Pada tingkatan ketiga berkaitan dengan perencanaan lanjutan berkaitan dengan apa yang akan dilakukan dan dibangun untuk enterprise selanjutnya. Pada tingkatan ini dilakukan pemodelan arsitektur data, arsitektur aplikasi dan arsitektur teknologi yang akan dipakai guna membawa enterprise mencapai tujuannya. Pada tingkatan terakhir berkaitan dengan bagaimana merencanaakan untuk dapat mengaplikasikan/mencapai tujuan yang ingin dicapai sebagaimana pada tingkatan sebelumnya. Pada tingkatan ini di rencanakan tahapan implementasi yang memungkinkan dan analisis dampaknya terhadap operasional enterprise dan bagaimana merencanakan proses transisi pada enterprise.

3 Keuntungan ZF
Dengan pengunaan model ZF dapat didapatkan arsitektur enterprise dengan berbagai sudut pandang. Dengan keberagaman sudut pandang yang ada, tujuan dari arsitektur sebagai blue-print enterprise yang dapat dijadikan landasan dan sarana komunikasi dengan stakeholder dapat lebih mudah dicapai. Selain itu dengan adanya beragam level abstraksi, semakin memperjelas pemahaman pengguna tentang kondisi enterprise yang sesungguhnya. Setiap aktivitas tidak hanya dapat diketahui tujuannya saja, namun sampai faktor-faktor yang melandasinya. Arsitektur seperti ini dapat memberikan tingkat pemahaman yang lebih kepada para pengguna.

4. Kelemahan ZFKelemahan ZF sebagai suatu alat bantu perencanaan arsitektur enterprise adalah pada kompleksitas yang dikandung pada model tersebut. Kompleksitas yang ada pada model ZF membutuhkan alokasi sumber daya yang lebih besar untuk dapat diimplementasikan secara sempurna. Selain masalah kompleksitas, secara teknis implementasi sistem informasi, model ZF tidak begitu jelas memberikan gambaran sistem yang akan dibangun dan konsep integrasinya. Untuk konsumsi teknis, model ini perlu didukung dengan metode-metode teknis yang cukup representatif dalam implementasi. Tapi sebagi model, kelemahan ZF dalam representasi teknis implementasi cukup dapat dipahami.