Wayang Kulit adalah salah satu kesenian
nasional yang merupakan salah warisan budaya dunia, yang bersama dengan batik telah diakui oleh UNESCO sebagai kekayaan warisan budaya Indonesia. Wayang merupakan icon
budaya di Indonesia diantara beragam budaya luhur lainnya di tanah air. Budaya
Wayang, yang terus berkembang dari waktu ke waktu, sejalan dengan media penerangan, penyebaran agama,
pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, dan entertainment. Menurut penelitian ahli sejarah kebudayaan,
budaya wayang budaya asli Indonesia, khususnya di Jawa. Keberadaan wayang sudah
berabad-abad sebelum Hindu masuk ke pulau Jawa. Meskipun cerita Wayang populer
di masyarakat saat ini merupakan adaptasi dari cerita yang berasal dari karya sastra India, seperti cerita Ramayana dan
Mahabharata. Namun dalam pakem wayang kulit jawa, kedua cerita utama dalam pewayangan tersebut telah yang mengalami banyak
perubahan dan penambahan untuk menyesuaikannya dengan falsafah asli Indonesia.
(Sumber Informasi: http://forum.vivanews.com/sejarah-dan-budaya).
-----------------------------------------------------------------------------
SANGGAR SENI TATAH SUNGGING KI MARWANTO
"Javanese Puppet Workshop Training in Solo City Area"
Dinamika dan pergersan gaya hidup, khususnya seni pertunjukkan modern membuat budaya kesenian ini memiliki segmen tersendiri. Namun dibelakang itu kesenian wayang, khususnya wayang kulit banyak didukung oleh pengrajin-pangrajin tatah sungging, yang kian hari kian sedikit jumlahnya. Kerajinan tatah sungging merupakan kerajinan kriya dengan media kulit sebagai bahannya. Pengrajin tatah sungging banyak tersebar di Jawa Tengah dan DIY. Hal ini karena proses kerajinan ini membutuhkan waktu yang tidak pendek untuk menggusainya sampai tingkat mahir, menurut Ki Marwanto pengrajin wayang Desa kayen, Sukoharo dalam penuturannya mengatakan untuk menguasai kompetensi membuat wayang dari nol sampai mahir memerlukan waktu satu hingga dua tahun. Sehingga seringkali Ki marwanto seringkali kewalahan apabila memenuhi pesanann dalam jumlah yang banyak dan harus segera diselesaikan.
"Javanese Puppet Workshop Training in Solo City Area"
Pemilik Usaha dan Sangar Pelatihan
Ki Marwanto
Alamat Desa Kayen, Sonorejo - Sukoharjo
Jawa Tengah, Indonesia
Korespondensi HP: +62 8564 7553 888
--------------------------------------------------------------------------- Dinamika dan pergersan gaya hidup, khususnya seni pertunjukkan modern membuat budaya kesenian ini memiliki segmen tersendiri. Namun dibelakang itu kesenian wayang, khususnya wayang kulit banyak didukung oleh pengrajin-pangrajin tatah sungging, yang kian hari kian sedikit jumlahnya. Kerajinan tatah sungging merupakan kerajinan kriya dengan media kulit sebagai bahannya. Pengrajin tatah sungging banyak tersebar di Jawa Tengah dan DIY. Hal ini karena proses kerajinan ini membutuhkan waktu yang tidak pendek untuk menggusainya sampai tingkat mahir, menurut Ki Marwanto pengrajin wayang Desa kayen, Sukoharo dalam penuturannya mengatakan untuk menguasai kompetensi membuat wayang dari nol sampai mahir memerlukan waktu satu hingga dua tahun. Sehingga seringkali Ki marwanto seringkali kewalahan apabila memenuhi pesanann dalam jumlah yang banyak dan harus segera diselesaikan.
Dalam penuturannya di kediamannya
di Desa Kayen, Sonorejo-Sukoharjo untuk membuat wayang akan melewati beberpa
tahapan atau proses :
- Menyiapkan Kulit yang baik untuk prose pembuatannya
- Kulit siap pakai di “jidar” tadi dipotong-potong dengan ukuran selebar wayang
- Dipentang satu-persatu (diberikan nama) proses ini membutuhkan waktu hampir satu minggu
- Di”corok”, dengan bigambar sesuai dengan pola wayang
- Melakukan tatahan yang menghasilkan wayang putihan
- Proses Pewarnaan sesuai dengan tokoh dan katektirstik wayang kulit
- Pengpresan, proses ini seringkali dilewati untuk wayang dengan kulitas kulit yang telah baik
- Proses Pen-“gapitan” yaitu membuat tangkai wayang dan tanganan wayang dengan bahan tanduk
Ki Marwanto dibantu limabelas
tenaga kerja, dan melakukan sendiri kontrol kulitas pada produk-produk wayang
kilit buatannya sebbelum diberikan pada pemesannya. Bagamana carannya proses untuk membuat Wayang. Kita Tanya Ki Marwan..
Proses 1: Menyipakan Bahan Baku Kulit
Bahan Baku pembuatan wayang adalah kulit kerbau dan sapi, kulit terbaik biasanya didapangkan dari sulawesi, proses kerok dan jidar dibutuhan dalam langkah selanjutnya untuk medapatkan bahan baku wayang yang baik.
Proses 2: Melakukan Penjidaran Kulit Bahan Baku Tatah Sungging
Proses Penjidaran adalah melebarkan kulit pada sebuah papan atau tiang dengan mementangnnya dengan arah berlawanan degan kekuatan tertentu selama beberpa hari, dan kadang sampai dengan seminggu sampai sebulan tergantung kualitas kulit yang didapatkan di awal. Ki Marwan menjelaskan konsep menjidar kulit kerbau untuk membuat wayang dengan papan sederhana.
Proses 3: Menyipakan Master Desain Wayang
Untuk membuat wayang desain gamabar master dengan ukuran yang sesuai harus di siapkan. Di sanggar Ki Marwanto ada sekitar dua ratusan gambar desain master ada juga lho yang ukurnnya diatas satu meter. Desain master wayang sangat kompleks dan banyak karena mengandung filosofi yang luhur budaya nusantara. Untuk membat gambar Raden Werkudara atau yang dikemal Bima saja ada beberpa model gambar ketika Bima masih muda, ketika Bima dewasa, keyika Bima maju perang, maupun ketika Bima dewasa, masing-masing memilki karekateristik sudut gambar yang berbeda sejalan tingkat perjalanan maturitas atau kedewasaan ilmu dari sang takoh.
Proses 4: Melakukan "Ngeblat" atau Menjiplak Wayang
Master diletakkan dibawah, selanjutnya kulit yang sudah disiapkan dan dijidar diletakkan di atas kertas, dan digambar dengan menggoresnya dengan paku, pelan dan tegas, yang selanjutnya dipotong secara manual untuk mendapatkan hasil terbaik, kemampuan dan kesabaran dari pengrajin dibutuhkan dalam menuat wayang.
Proses 5: Melakukan Proses Tatah untuk Membuat Detail Ukiran Ornamen Wayang.
Wayang yang telah dibentuk dijiplak dalam dimensi panjang dan lebarnnya tersebut, selanjutnya mulai diukir oleh seniman pengrajin tatah sunging. Saat ini hanya beberpa sentra tatah sunging di Jawa Tengah yang masih eksis, UKM Tatah sungging memilki probelm terbesar adalah berupa sumber daya manusia, saat ini jarang dari generasi muda yang mau menekuni bidang pekerjaan seni tatah seperti ini. Kerapian, kesabaran dan pemahaman wayang diperlukan adalah konsep bekerja dengan hati. Bekerja dengan Hati adalah semangat Ki Marwanto yang di ajarkan pada cantrik dan karyawannya dalam memasukkan ekspresi semangat dan cinta dari seorang penatah sungging pada hasil produk yang akan diciptakannya. Bekerja degan hati tidak akan menciptakan kulitas dari produk. Rata-rata pekerja tatah sungging untuk satu wayang membutuhkan waktu kerja selama seminggu sampai dua minggu.
Proses 6: Mendapatkan Wayang Putihan.
Wayang putihan adalah wayang yang telah ditatah dan siap untuk diberikan warna. wayang putihan dihasilkan setelah proses tatah selesai. Wayang putihan yang telah selesai ini selanjutnya siap dilanjutkan dengan proses mewarnai.
Proses 7: Melakukan "Ngelir" atau Pulas Wayang.
Proses ini aldah mulai memberikan warna yang sesuai dengan karakter tokoh yang mengandung filosofi khsus sepeti wana merah untuk tokoh berkarakter tempramen dan suka marah marah, warna putih dan hitam yang mengandung makna khusus, di sanggar wayang Ki Marwan, seniman pemula harus bertannya dulu lho sebelum menyapukan atau mengecat wayang. Proses pulas atau pengecatan wayang juga harus dengan teknik kuas dan cat yang khusus agar wana dari wayang kulit tahan lama.
Proses 8: Memberikan Prodo Emas pada Wayang Kulit
Prodo ini hampir mirip dengan stiker atau gambar tempel tapi mengandung 99% mengandung karat emas murni. Saat ini model stiker prodo emas tersebut harus diimpor dari Tiongkok, yang mana untuk satu kotak prodo seperti gambar di atas saja harganya mencapai IDR 7 juta dengan kurs dolar IDR 12 ribu. Itulah mengapa wayang kulit Ki Marwanto disebut wayang premium dan harganya mahal, ya dikarenakan semua prosesnya adalah handmade hanya dengan mengandalkan ketrampilan, ketekunan dan kecermatan personal dari pekerja tatah sungging serta bahan bakunya impor dan mahal. Namun untuk kebutuhan pementasan wayang, yang mungkin dipakai untuk adegan perang, Ki Marwanto menyiapkan juga yang tidak dengan prodo emas, namun dengan "grenjeng" yang warna kuningnnya hampir sama lho dengan prodo emas, jadi kalo tidak tanya ke ahlinya bisa keliru wayang grenjeng atau wayang emas.
Proses 9: Pres Dulu Wayangnnya Biar Rata dan Kokoh
Proses yang tidak kalah pentingnya untuk menciptakan kulitas wayang adalah melakukan pengepresan bodi wayang agar kulit menjadi rata dan proses pengepresan ini bisa memakan waktu hampir dua minggu sebelum wayang kulit siap diberikan tuding dan gapitan menjadi wayang kulit.
Proses 10: Memberikan Tuding dan Gapitan
Tuding dan gapitan merupakan atribut wayang, tuding digunakan untuk tangan wayang agar dapat digerakkan seorang dalang, sedangkan gapitan untuk menyanga tubuh wayang agar dapat dibawa dan dimainkan oleh dalang. Tuding dan gapitan umumnya berbahan dari tanduk kerbau, namun di sanggarnya Ki Marwan juga menyipakan gapitan dengan bahan plastik dan melamin.
Proses 10: Wayang Kulit Prodo Emas
Produk wayang kulit yang sudah jadi seperti ini dijual dengan IDR 750.000 samapai dengan IDR 3.000.000 tergantung dengan besarnya wayang dan bahan baku untuk membuatnnya. Dari proses di atas tersebut talhukan kita bahawa membuat wayang itu butuh proses ketelitian, kesabaran dan ilmu pengetahuan untuk menciptakannya.
Mari Lestarikan Budaya Nusantara
Cintai Budaya Indonesia ******
(Iwan Polines/ Iwan Hermawan)
Proses 1: Menyipakan Bahan Baku Kulit
Bahan Baku pembuatan wayang adalah kulit kerbau dan sapi, kulit terbaik biasanya didapangkan dari sulawesi, proses kerok dan jidar dibutuhan dalam langkah selanjutnya untuk medapatkan bahan baku wayang yang baik.
Proses 2: Melakukan Penjidaran Kulit Bahan Baku Tatah Sungging
Proses Penjidaran adalah melebarkan kulit pada sebuah papan atau tiang dengan mementangnnya dengan arah berlawanan degan kekuatan tertentu selama beberpa hari, dan kadang sampai dengan seminggu sampai sebulan tergantung kualitas kulit yang didapatkan di awal. Ki Marwan menjelaskan konsep menjidar kulit kerbau untuk membuat wayang dengan papan sederhana.
Proses 3: Menyipakan Master Desain Wayang
Untuk membuat wayang desain gamabar master dengan ukuran yang sesuai harus di siapkan. Di sanggar Ki Marwanto ada sekitar dua ratusan gambar desain master ada juga lho yang ukurnnya diatas satu meter. Desain master wayang sangat kompleks dan banyak karena mengandung filosofi yang luhur budaya nusantara. Untuk membat gambar Raden Werkudara atau yang dikemal Bima saja ada beberpa model gambar ketika Bima masih muda, ketika Bima dewasa, keyika Bima maju perang, maupun ketika Bima dewasa, masing-masing memilki karekateristik sudut gambar yang berbeda sejalan tingkat perjalanan maturitas atau kedewasaan ilmu dari sang takoh.
Proses 4: Melakukan "Ngeblat" atau Menjiplak Wayang
Master diletakkan dibawah, selanjutnya kulit yang sudah disiapkan dan dijidar diletakkan di atas kertas, dan digambar dengan menggoresnya dengan paku, pelan dan tegas, yang selanjutnya dipotong secara manual untuk mendapatkan hasil terbaik, kemampuan dan kesabaran dari pengrajin dibutuhkan dalam menuat wayang.
Proses 5: Melakukan Proses Tatah untuk Membuat Detail Ukiran Ornamen Wayang.
Wayang yang telah dibentuk dijiplak dalam dimensi panjang dan lebarnnya tersebut, selanjutnya mulai diukir oleh seniman pengrajin tatah sunging. Saat ini hanya beberpa sentra tatah sunging di Jawa Tengah yang masih eksis, UKM Tatah sungging memilki probelm terbesar adalah berupa sumber daya manusia, saat ini jarang dari generasi muda yang mau menekuni bidang pekerjaan seni tatah seperti ini. Kerapian, kesabaran dan pemahaman wayang diperlukan adalah konsep bekerja dengan hati. Bekerja dengan Hati adalah semangat Ki Marwanto yang di ajarkan pada cantrik dan karyawannya dalam memasukkan ekspresi semangat dan cinta dari seorang penatah sungging pada hasil produk yang akan diciptakannya. Bekerja degan hati tidak akan menciptakan kulitas dari produk. Rata-rata pekerja tatah sungging untuk satu wayang membutuhkan waktu kerja selama seminggu sampai dua minggu.
Proses 6: Mendapatkan Wayang Putihan.
Wayang putihan adalah wayang yang telah ditatah dan siap untuk diberikan warna. wayang putihan dihasilkan setelah proses tatah selesai. Wayang putihan yang telah selesai ini selanjutnya siap dilanjutkan dengan proses mewarnai.
Proses 7: Melakukan "Ngelir" atau Pulas Wayang.
Proses ini aldah mulai memberikan warna yang sesuai dengan karakter tokoh yang mengandung filosofi khsus sepeti wana merah untuk tokoh berkarakter tempramen dan suka marah marah, warna putih dan hitam yang mengandung makna khusus, di sanggar wayang Ki Marwan, seniman pemula harus bertannya dulu lho sebelum menyapukan atau mengecat wayang. Proses pulas atau pengecatan wayang juga harus dengan teknik kuas dan cat yang khusus agar wana dari wayang kulit tahan lama.
Proses 8: Memberikan Prodo Emas pada Wayang Kulit
Prodo ini hampir mirip dengan stiker atau gambar tempel tapi mengandung 99% mengandung karat emas murni. Saat ini model stiker prodo emas tersebut harus diimpor dari Tiongkok, yang mana untuk satu kotak prodo seperti gambar di atas saja harganya mencapai IDR 7 juta dengan kurs dolar IDR 12 ribu. Itulah mengapa wayang kulit Ki Marwanto disebut wayang premium dan harganya mahal, ya dikarenakan semua prosesnya adalah handmade hanya dengan mengandalkan ketrampilan, ketekunan dan kecermatan personal dari pekerja tatah sungging serta bahan bakunya impor dan mahal. Namun untuk kebutuhan pementasan wayang, yang mungkin dipakai untuk adegan perang, Ki Marwanto menyiapkan juga yang tidak dengan prodo emas, namun dengan "grenjeng" yang warna kuningnnya hampir sama lho dengan prodo emas, jadi kalo tidak tanya ke ahlinya bisa keliru wayang grenjeng atau wayang emas.
Proses 9: Pres Dulu Wayangnnya Biar Rata dan Kokoh
Proses yang tidak kalah pentingnya untuk menciptakan kulitas wayang adalah melakukan pengepresan bodi wayang agar kulit menjadi rata dan proses pengepresan ini bisa memakan waktu hampir dua minggu sebelum wayang kulit siap diberikan tuding dan gapitan menjadi wayang kulit.
Proses 10: Memberikan Tuding dan Gapitan
Tuding dan gapitan merupakan atribut wayang, tuding digunakan untuk tangan wayang agar dapat digerakkan seorang dalang, sedangkan gapitan untuk menyanga tubuh wayang agar dapat dibawa dan dimainkan oleh dalang. Tuding dan gapitan umumnya berbahan dari tanduk kerbau, namun di sanggarnya Ki Marwan juga menyipakan gapitan dengan bahan plastik dan melamin.
Proses 10: Wayang Kulit Prodo Emas
Produk wayang kulit yang sudah jadi seperti ini dijual dengan IDR 750.000 samapai dengan IDR 3.000.000 tergantung dengan besarnya wayang dan bahan baku untuk membuatnnya. Dari proses di atas tersebut talhukan kita bahawa membuat wayang itu butuh proses ketelitian, kesabaran dan ilmu pengetahuan untuk menciptakannya.
Mari Lestarikan Budaya Nusantara
Cintai Budaya Indonesia ******
(Iwan Polines/ Iwan Hermawan)
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Wayang dan Proses Pembutannya
Proses pemasaran dengan direct selling, berupa pemesanan wayang dari mulut kemulut. Wayang-wayang yang dibuatnya dijual dengan kisaran limaratus ribu sampai satu setengah juta untuk produk premium. Produk wayang banyak dipesan dan dipasarkan ulang di daerah Semarang, Jember, Lampung, Kalimantan, Blitar, Kediri, Tulungagung maupun sampai ke Palembang. Untuk luar negeri Wayang di ekspor ke Belanda dan Jepang melalui perantara. Ki Marwanto juga berpesan untuk menguri-uri budaya tatah sungging, keran kian hari semakin sulit mencari generasi muda yang mau menekuni tatah sungging.
Tim Pengabdian Masyarakat Polines
Politeknik Negeri Semarang
Sartono
Iwan Hermawan
Suharmanto
Jusmi Hamid
VS. Triprioyo PS
Politeknik Negeri Semarang
Sartono
Iwan Hermawan
Suharmanto
Jusmi Hamid
VS. Triprioyo PS
POLINES UNTUK UKM SENTRA WAYANG SONOREJO
...