11.10.14

Sonorejo-Sukoharjo: Ayo Nyantrik Gawe Wayang! Mimpi Ki Marwan Membuat Sanggar Wisata Edukasi Tatah Sungging

Pengakuan dunia akan Wayang Indonesia telah direpresentasikan oleh UNESCO dengan diberikannya sertifikat Wayang sebagai warisan budaya dunia: “The Representative List of the Intangible Culture Heritage of Humanity”. Wayang sebagai bagian industri rekatif berbasis local cultural heritage memerlukan perhatian pelestariannya, hal yang selaras dengan peta jalan Industri kreatif Nasional yang nyata-nyata memberikan kontribusi besar dalam ekspor secara sifnifikan (18%, 2010; Disperindag).  Kendati Indonesia belum memiliki track record ekspor wayang kulit dalam jumlah banyak secara valid, namun beberapa negara memiliki minat kuat terhadap wayang kulit dalam bentuknya baik sebagai produk “wayang gapitan” maupun dalam bentuk produk souvenir “wayang berbingkai”. Peran dalang-dalang kondang Indonesia, yang mana sering kali melakukan pertukaran seni budaya telah berjasa tutut membantu dikenalnya tokoh-tokoh dan profil wayang kulit Indonesia ke luar negeri. Permintaan ekpor dalam konteks kebutuhan pengembangan pendidikan lintas budaya (cross cultural understanding) dan permintaan sovenir dari beberpa negara asing seperti: Malaysia, Belanda, Asutralia dan Suriname tersebut seringkali diperoleh “dalang kondang” tersebut melalui pagelaran seni luar negeri, yang selanjutnya order kebutuhan pemenuhan ekspornya dilimpahkan pada UKM mitra. kedua UKM mitra yang diusulkan dalam PPM IBPE Tatah Sungging merupakan industri kecil yang bergarak dalam bidang kerajinan (handmade handycraft) tatah sungging, yang berada di Desa Kayen, Sonorejo. Produk UKM mitra diminati para “dalang kondang” karena kulitas yang ditawarkan. Hampir semua dalang kondang memesan wayang pada UKM mitra. Harga wayang premium dengan prodo emas murni ditawarkan mencapai IDR1.500.000/pcs, sementra wayang kulit prodo grenjeng untuk hiasan dinding berkisar antara IDR.700.00-1000.000/pcs. Estetika desain wayang sentra Sonorejo  merupakan bentuk pengembagan dari gagasan khasanah ide ciptaan Ki Marwanto (pemilik UKM1) yang dikolaborasikan dengan pelajaran pakem yang diperolehnya saat nyatrik di beberapa empu wayang di Jawa Tengah. Hingga kini hampir dua ratusan desain yang merupakan kembangan karya seni UKM 1 tersebut memiliki potensi pengakuan HAKI, namun hingga saat ini belum pernah diajukan aspek legalnya. UKM mitra saat ini memliki omzet penjualan perbulan berkisar IDR 100 juta, dimana sebelumnya sanggar tatah sungging dan kerajinan sovenir wayang yang dimiliki mitra merupakan usaha yang turun-temurun yang telah berdiri lama, sehingga dapat ditemukan beberpa Wayang yang dibuat disanggar mitra telah berusia mencapai ratusan tahun, yang menunjukkan mutu dari proses dan produk yang dihasilkan empu wayang yang membuat sebelumnya. Profil daya tarik ekonomi dan niai strategis budaya lokal tersebut memberikan diskripsi situasi makro dan mikro mengenai pentingnya terobosan pemikiran “edutainment” inovatif dan komersial dalam industri wayang kulit dalam mempertahankan eksistensinya ditengah dinamika seni entertaiment modern”.

Penghargaan Wayang Indonesia sebagai Karya Agung Budaya Dunia  oleh UNESCO, bersama tiga sertifikat lainnya dari UNESCO merupakan simbul pengakuan dunia terhadap beberapa warisan budaya Indonesia, dalam hal ini Wayang Indonesia, Keris Indonesia dan Batik Indonesia. Ketiganya masuk di dalam ”The Representative List of the Intangible Culture Heritage of Humanity”. Pengakuan dunia tersebut direpresentasikan oleh UNESCO, selaku organisasi tertinggi dunia di bidang kebudayaan di bawah naungan PBB. Selajan pula dengan peta jalan Industri kreatif Nasional yang nyata-nyata memberikan kontribusi besar dalam ekspor secara sifnifikan (18%, 2010; Disperindag) memberikan ruang pentingnnya pengembangan industri kreatif berbasis budaya lokal, dimana salah satunya adalah Wayang Kulit. Wayang kulit merupakan produk industri kreatif yang strategis karena berbasis pada nilai-nilai adiluhung budaya lokal indonesia (local cultural heritages of creative industries) yang perlu mendapat perhatian dan penampingan dalam proses kemasan sehingga dapat melebur perubahan jaman yang semakin modern. Wayang kulit diakui sebagai bentuk kesenian tradisonal yang telah mendunia, negara Australia, Jepang, Suriname dan Belanda memasukkan wayang dan gamelan dalam pengenalan kebangsaan maupun dalam bentuk materi perkuliahan budaya asing di negara mereka. Kendati Indonesia belum memiliki track record ekspor wayang kulit dalam jumlah banyak secara valid, namun bebrapa negara tersebut meminati Wayang kulit dalam bentuknya baik sebagai produk “wayang pertunjukan” lengkap dengan gapitan maupun dalam bentuk produk “wayang berbingkai” sebagai cinremata. Peran dalang-dalang kondang Indonesia, seperti Ki Mantep, Ki Enthus, dan Ki Joko yang mana sering kali melakukan pertukaran seni budaya telah berjasa tutut membantu dikenalnya tokoh-tokoh dan profil wayang kulit Indonesia ke luar negeri. Permintaan ekpor dalam kebutuhan pengembangan pendidikan lintas budaya (cross cultural understanding) dan permintaan produk sovenir berbingkai dari beberpa negara seperti Malaysia, Asutralia dan Suriname tersebut seringkali diperoleh pada dalang kondang yang selanjutnya kebutuhan pemenuhan ekspornya dilimpahkan pada UKM mitra di Sukoharjo Jawa Tengah (sumber UKM mitra).

Program pengabdian masyakarat ini memiliki permasalahan krusial dari Ki Marwanto selaku mitra kegiatan adalah kurangnnya sumberdaya pekerja, dimana saat ini remaja dan pemuda di Sonorejo kurang antusias dan menyukai pekerjaan yang membutuhkan ketekunan dan olah seni seperti tatah sungging, kondisi demikian jika tidak dicarikan terobosan jalan keluar akan menjadi hambatan ketahanan hidup industri tatah sungging dan wayang. Sehingga melalui program IBPE DIKTI yang dimotori dosen-dosen Administrasi Niaga, Akuntansi dan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang yang mengusung rumusan program untuk melestarikan budaya wayang


"Ayo Nyantrik Sinau Gawe Wayang"
- Ayo Belajar Membuat Wayang.

Program Ayo Nyantrik Gawe Wayang ini merupakan program baru yang sebelumnya belum pernah dikakukan dan merupakan program rintisan bersama tim IBPE Polines dengan Ki Marwanto bertempat di sanggar seni Ki Marwanto di desa Sonorejo Sukoharjo, Indonesia. Saat ini peserta masih didominasi anak-anak dilingkungan desa yang dikenalkan dan belajar mewarnai wayang. Program IBPE merupakan skema DIKTI dalam bentuk pengabdian multi tahun, dimana selain program Ayo Nyantrik Gawe Wayang juga dibangun kemitraan untuk mernyelesaikan permasalahan UKM mitra pada lini bahan baku, produksi, perbaikan manajemen dan pemasaran melalui internet. Nilai strategis UKM Wayang dalam Program PPM adalah sebagai bentuk upaya dari nyata pemerintah dalam menguri-uri budaya nasional melalui pendekan sains dan teknologi tepat guna pada UKM di Indonesia.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------  

"Saat ini sulit sekali mencari pekerja yang membatu saya membuat Wayang, dan impian Saya adalah membuat sanggar pelatihan Tatah Sungging untuk generasi muda, agar seni ini tidak di tinggalkan generasi muda" 

Bagi yang berminat program "Ayo Nyantrik Gawe Wayang"
Dapat menghubungi Sanggar Ki Marwanto
Di Desa Kayen, Sonorejo
Sukoharjo- Indonesia.
HP. +62 8564 75 53 888

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


LESTARIKAN WAYANG INDONESIA
Ideas and Thoughts Framework
Indonesian Puppet Award as the World Cultural Masterpieces by UNESCO, also with three other certificates of UNESCO is a symbol of recognition of the world to some of Indonesia's cultural heritage, in this case as puppets, keris and batik fasion. All three are included in "The Representative List of the Intangible Culture Heritage of Humanity". Recognition of the world is represented by UNESCO, as the world's highest organization in the field of culture under the auspices of the United Nations. this is one way to map the creative industries in the Indonesian national government which was built. Creative industries have contributed significantly exports and provide a description of the importance of space-based creative development of local cultural industries, one of which is Wayang Kulit. Wayang kulit is a product of the creative industries as a strategic based on the values ​​of the local Indonesian art and culture (cultural Heritages of local creative industries). Industries such as puppets need attention and assistance from the government, either in the process of packing up to export promotion, so the art of puppet and tatah sungging will be able to merge changes increasingly modern era. Puppet SME strategic value in community service is a form of real effort DIKTI Indonesian government in preserving the national culture through scientific approaches and appropriate technologies in SMEs in Indonesia.

Sukojarjo, Agustus 2014
Iwan Polines (Iwan Hermawan.) 

Newer Prev Home