Jurnal Ilmiah Lainnya...
[1] Alat Bantu Pemberajaran Mata Kuliah Projek PBE: Model Simulasi Multimedia
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi, Volume 2 No. 1 ISSN: 1087-0868. Resume mengeni rancang bangun alat dukung pengajaran, serta pengukuran efektifitasnya dengan pendekatan statistik kuantitatif.
[2] Pengembangan Pendidikan dan Sosio Ekonomi Pada Pesantren Desa Ngrembel dan Unit Ekonomi Masyarakat di Sekitarnya.
Jurnal DIANMAS. Inovasi dan Aplikasi Ipteks. Volume 1 No.1 ISSN: 2089-9602. Publikasi Pengabidan Masyarakat di Desa Ngrebel dengan luaran rekayasa biogas portabel, pengebangan pendidikan PAUD, pembuatan koperasi pesantren, pengembangan pendekatan BCCT serta pengenalan TIK. Dengan luaran pengabdian masyarakt yang terukur.
[3] Katalog Produk 3D pada Industri Cinderamata Bubut Kayu Jati Sentra Jepon, Blora.
Jurnal Teknologi Informasi. Volume 1 No.1 Agustus 2010; ISSN: 2087-0868. Publikasi Pengabdian Masyarakat berupa pengebangan Tehnologi Katalog digital dan Prototipe 250 item Produk berbasis Pendekatan Visual 3D.
[4] Bagaimana Konsep dan Framework Membanggun e-Goverment di Indonesia.
Jurnal JAPBI . Januari 2005. ISSN: 1411-6871. Konsep pendekatan kerangka kerja mengembangkan e-Goverment di Indonesia berakar pada pendekatan kepuasan layanan publik dan Tata kelola IT (IT Good Governance).
[5] Audit Sistem Untuk Menilai Ketercapain Dukungan Layanan Sistem dan Pengawasan Manajemen berbasis COBIT pada Institusi. Jurnal Ilmiah. 2011. Mengembangkan pendekatan yang berakar melalui model COBIT pada konsep asitektur tehnologi dilingkungan lembaga pendidikan
[6] Disaster Recovery System Berbasis Framework Data Center pada Wide-Enterprise. Presentasi Seminar Nasional Manajemen V. ITS 2006. Prosiding ISBN 979-99735-2-X. Paparan makalah menjelaskan konsep strategis dari Framework DC Omar Zaidi dengan konsep pengengan terstruktur bagi manajemen disaster pada Wide Enterprise.
[7] Model Sofware Bagi Pengajaran pada Mata Kuliah E-Commerce; Pengabangan Model Pengajaran bagi Konten e-Learning. Publikasi Penelitian Dosen Muda. Tahun 2008. Jurnal RAGAM, Jurnal Pengebangan Humniora. Vol.9 No.3 ISSN:1412-1050. Konsep pendekatan kurikulum PBL pada Matakuliah e-commerce dalam rangka menjembatani keterbatasan infrastuktur dan simulasi.
[8] Locus of Control. Penelitian Sosio Ekonomi untuk mengukur Konsep LoC dalam Lingkungan Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Prestasi Akademik. Jurnal RAGAM: Jurnal Pengembangan Humaniora. Vol 9 No. 3 Desember 2009. ISSN: 1412-1050. Mengenai Konsep LOC bagi pendekatan pada area akademik dalam rangka peningkatan prestasi.
[9] Paradigma Perpustakan Digital berbasis pada Recomender System Mobile Media. Pengembangan Konsep Perpustakaan Digital yang ditiger menggunakan algoritma komponen prinsipal analisis (KPA) yang disebarkan menggunakan SMS. Telah terpublikasi dalam Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi.
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi, Volume 2 No. 1 ISSN: 1087-0868. Resume mengeni rancang bangun alat dukung pengajaran, serta pengukuran efektifitasnya dengan pendekatan statistik kuantitatif.
[2] Pengembangan Pendidikan dan Sosio Ekonomi Pada Pesantren Desa Ngrembel dan Unit Ekonomi Masyarakat di Sekitarnya.
Jurnal DIANMAS. Inovasi dan Aplikasi Ipteks. Volume 1 No.1 ISSN: 2089-9602. Publikasi Pengabidan Masyarakat di Desa Ngrebel dengan luaran rekayasa biogas portabel, pengebangan pendidikan PAUD, pembuatan koperasi pesantren, pengembangan pendekatan BCCT serta pengenalan TIK. Dengan luaran pengabdian masyarakt yang terukur.
[3] Katalog Produk 3D pada Industri Cinderamata Bubut Kayu Jati Sentra Jepon, Blora.
Jurnal Teknologi Informasi. Volume 1 No.1 Agustus 2010; ISSN: 2087-0868. Publikasi Pengabdian Masyarakat berupa pengebangan Tehnologi Katalog digital dan Prototipe 250 item Produk berbasis Pendekatan Visual 3D.
[4] Bagaimana Konsep dan Framework Membanggun e-Goverment di Indonesia.
Jurnal JAPBI . Januari 2005. ISSN: 1411-6871. Konsep pendekatan kerangka kerja mengembangkan e-Goverment di Indonesia berakar pada pendekatan kepuasan layanan publik dan Tata kelola IT (IT Good Governance).
[5] Audit Sistem Untuk Menilai Ketercapain Dukungan Layanan Sistem dan Pengawasan Manajemen berbasis COBIT pada Institusi. Jurnal Ilmiah. 2011. Mengembangkan pendekatan yang berakar melalui model COBIT pada konsep asitektur tehnologi dilingkungan lembaga pendidikan
[6] Disaster Recovery System Berbasis Framework Data Center pada Wide-Enterprise. Presentasi Seminar Nasional Manajemen V. ITS 2006. Prosiding ISBN 979-99735-2-X. Paparan makalah menjelaskan konsep strategis dari Framework DC Omar Zaidi dengan konsep pengengan terstruktur bagi manajemen disaster pada Wide Enterprise.
[7] Model Sofware Bagi Pengajaran pada Mata Kuliah E-Commerce; Pengabangan Model Pengajaran bagi Konten e-Learning. Publikasi Penelitian Dosen Muda. Tahun 2008. Jurnal RAGAM, Jurnal Pengebangan Humniora. Vol.9 No.3 ISSN:1412-1050. Konsep pendekatan kurikulum PBL pada Matakuliah e-commerce dalam rangka menjembatani keterbatasan infrastuktur dan simulasi.
[8] Locus of Control. Penelitian Sosio Ekonomi untuk mengukur Konsep LoC dalam Lingkungan Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Prestasi Akademik. Jurnal RAGAM: Jurnal Pengembangan Humaniora. Vol 9 No. 3 Desember 2009. ISSN: 1412-1050. Mengenai Konsep LOC bagi pendekatan pada area akademik dalam rangka peningkatan prestasi.
[9] Paradigma Perpustakan Digital berbasis pada Recomender System Mobile Media. Pengembangan Konsep Perpustakaan Digital yang ditiger menggunakan algoritma komponen prinsipal analisis (KPA) yang disebarkan menggunakan SMS. Telah terpublikasi dalam Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi.
Penerapan dan Perluasan Konsep Tingkat-Tingkat Pertumbuhan SI.
RD. Gaillers dan A.R Sutherland
Beberapa hal yang menjadikan alasan dasar pertumbuhan organisasi dalam kaitannya dinamika Teknologi Informasi dan pendakatan organiasai memberikan kemampuan manajerial dan perencanaan dari sistem informasi yang dapat memberikan pemahaaman dalam berbagai hubungan, dalam definisi secara jelas dan pengelolaan pada tahap-tahap pendewasaan. Fenomena ini memunculkan beberapa dalil untuk menyatakan keragaman pandangan mengenai ”tahapan-tahapan dari perkebangan”.
Bebertapa model -model daripada ”tahap-tahap perkembangan” dijelaskan dalam melalui beberapa dalial yang telah dibangun: a. Nolan (1979); b. Earl (1983-1989); c. Bhabuta (1889); dan Hircheim (1988).
Bebertapa model -model daripada ”tahap-tahap perkembangan” dijelaskan dalam melalui beberapa dalial yang telah dibangun: a. Nolan (1979); b. Earl (1983-1989); c. Bhabuta (1889); dan Hircheim (1988).
a. Nolan
Model Nolan pada awalnya terdiri dari empat tahapan (Gibson dan Nolan 1974), yang kemudian dibanguh menjadi enam tahapan (Nolan 1979), yang kemudian secara umum diaplikasikan. Seperti halnya model-model sebelumnya, model Nolan didasarkan atas pemikirann bahwa sebuah organiasasi akan melewati sejumlah fase pertumbuhan yang dapat teridentifikasi. Model ”tahap-tahap perkembangan” yang diperkenalkan digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pendewasaan organisasi dalam konteksnya, dengan sebuah pandangan untuk menidentifikasi isu-isu kunci yang diaakan dilewati organisasi (bergerak secara dominan pada finansial dan sistem akunting kearah yang sosiasikan dengan pembangaunan IT kedepannya
(i) Aplikasi Protofolio lebih luas sistem opratasi hingga manajemen sistem informasi). (ii) Fokus dari organiasi DP (Bergeak secara terpusat, dan diperuntukan hanya pada anggota-anggotanya, dalam langkah awal menuju manajemen sumberdaya pada tahapan pendewasaan-mature. (iii) Fokus pada aktivitas perenceanaan dan kontrol DP (bergerak dari sebuah fokus internal yang utama dalam linkup tiga tahapan pertama menuju fokus eksternal pada tahapan selanjutnya). (iv) Tingkat kesadaran User [bergerak dari pandangan reaktif yang utama (reaktif, melakukan inisiatif memusatkan DP) dalam dua tahapan pertama, menjadikannya daya penggerak untuk merubahnya dalam tahapan tengah, dan terus melewati patersip dapa tahapan mature].
Arumen-argumen Nolan mengenai Sistem Informasi Manajemen banyak berfokus pada pemanfaatan kemampuan teknologi secara mandiri selama tamapan awal dalam tahap-tahap perkembangannya, dengan titik transformasi pada penyelesaiaan tahapan ketiga. Dimana setelah tahapan tersebut fokus akan berpindah pada manajemen sumberdaya data organisasi, penguanaan teknolgi database dan metode.
b. Earl
Earl mengilustrasikan dalam model kurva Multiple Learning mengenai perubahan perubahan agenda dari perencanaan sistem informasi dengan mengarahkan perhatiannya dengan memberikan konstrasi pada aap yang tampak sebagai tugas utama dari proses; tujuan utama, daya gerak dan proses perencaanan (dalam jangka waktu yang terlibat, tapakan pada metodologi debga konteks sebagai tempat perencaaan
Orientasi Sistem Informasi, melalui sebuah fokus organisasi menuju sebuah kompetisi yang berfokus pada lingkungan. Pada esensi dari argumentasi Earl dimana organisasi dimualai dari usaha-usaha perencanaan mengelola aset yang dimilikinya dengan respek pada ruang lingkup istem informasi dan penggunaan IT.
c. Bhabuta Model (1988)
Model dikebangkan berdasar langkah kerja pada mulanya oleh Gluck (1980) denagn proses-proses yang dibentuk dalam empat tahapan proses evolusi dari perencanaan strategik. Bhabuta membangun modelnya dengan dengan memberikan peta progres kearah perncencanaan strategik formal dari sistem informasi.
Model dikebangkan berdasar langkah kerja pada mulanya oleh Gluck (1980) denagn proses-proses yang dibentuk dalam empat tahapan proses evolusi dari perencanaan strategik. Bhabuta membangun modelnya dengan dengan memberikan peta progres kearah perncencanaan strategik formal dari sistem informasi.
Argumen Bhabuta merupakan strategi-strategi yang didasarkan yang disarakan pada peningkatan produktifitas (termasuk sistem informasi yang digunakan untuk mendukungnya). Model ini memiliki fokus yang lebih luas dari pada Model Nolan mupun Model Earl. Dalam Modelnya Bhabuta membawa elemen-elemen yang dimiliki bersama sepertihalnya formulasi strategi, sistem informasi, dan mekanisme dari fungsi sistem informasi dikelola.
Dalam interpretasinya Model Bhabuta dicatat dengan kategori yang digunakannya adalah tidak berbeda dan juga tidak absolut. Pemakaian IT pada tahapan mature dan tingkjat manajerial yang komplek sebagai bentuk respek dari IT. Dari Model ini diharapkan beberapa atribut akan saling berasosiasi. Fase 3 dan fase 4 organisasi akan muncul pada fase 1 dan fase 2 organisasi. Hal ini sekaligus emberikan kritik pada model Nolan dan Earl mengenai keberlanjutan daya tumbuh dari pengalaman organisasi.
d. Hirschheim Model
Model ini mulanya dibangun atas dasar model Nolan (1979). Model ini menyadari tentang nilai fital dari sistem informasi yang dijalankan pada bisnis. Oraniasasi akan bergeark dalam tiga fase evolusi dalam manajmen fusngi IS/IT. Afse-fase tersebut diber nama penyerahan ”delivery” , reorientasi ”reoriontation”, dan reorganisasi ”reorganization”.
Fase deivery, dikarasteristikan dengan terkonsentrasi pada top manajemen dalam kemampuannya memfungsikab IS/IT dalam konteks ”deliver and goods”. Penekanan pada ase ini adalah pada penyediaan sistem informasi dengan didasarkan pada penyediaan pembelanjaan yang telah ditetapkan oleh eksekutif. Aturan utama yang ditetapkan adalah menegmbalikan kredibilitas dan fungsi bagi penciptaan kepercayaan pada user/ top manajemen yang mana fungsi-fungsi tersebut secara nyata akan mendukungkebutuhan akan efisiensi. Fase reorientastion, dimana top manajemen mulai merubah fokus perhatiannya pada penyediaan pelayanan dasar IS, bergerak kearah eksploitasi dari IT dalam kerangka keunggulan komtetitif. Pada Fase reorganization, senior eksekutif IS dikonsentrasikan dengan melakukan pengelolaan interfis ataupu relasi antara fungsi IS dan organisasi. Beberapa araea akan secara strategis bergantung pada IS, lainnya akan anpak bahwa IS tidak lebih dari penyedia aturan.
Model ini mulanya dibangun atas dasar model Nolan (1979). Model ini menyadari tentang nilai fital dari sistem informasi yang dijalankan pada bisnis. Oraniasasi akan bergeark dalam tiga fase evolusi dalam manajmen fusngi IS/IT. Afse-fase tersebut diber nama penyerahan ”delivery” , reorientasi ”reoriontation”, dan reorganisasi ”reorganization”.
Fase deivery, dikarasteristikan dengan terkonsentrasi pada top manajemen dalam kemampuannya memfungsikab IS/IT dalam konteks ”deliver and goods”. Penekanan pada ase ini adalah pada penyediaan sistem informasi dengan didasarkan pada penyediaan pembelanjaan yang telah ditetapkan oleh eksekutif. Aturan utama yang ditetapkan adalah menegmbalikan kredibilitas dan fungsi bagi penciptaan kepercayaan pada user/ top manajemen yang mana fungsi-fungsi tersebut secara nyata akan mendukungkebutuhan akan efisiensi. Fase reorientastion, dimana top manajemen mulai merubah fokus perhatiannya pada penyediaan pelayanan dasar IS, bergerak kearah eksploitasi dari IT dalam kerangka keunggulan komtetitif. Pada Fase reorganization, senior eksekutif IS dikonsentrasikan dengan melakukan pengelolaan interfis ataupu relasi antara fungsi IS dan organisasi. Beberapa araea akan secara strategis bergantung pada IS, lainnya akan anpak bahwa IS tidak lebih dari penyedia aturan.
Revisi dari Model-model ”Tahapan Perkembangan” – Stages of Growth ModelIndikasi utama dari Model Nolan adalah rendahnya hubungan dari organisasi dengan fokus manajemennya dan kesederhanaan dengan didasarkan pada asumsi objektif. Model-modle tersebut mendiskusikan dan deskripsikan elemen-elemen (teknikal, manajerial dan teknikal dan organisasi) dalam pertumbuhan ”computing” yang terletak didalam organisasi. Dimana sususnan dan kombimasi dengan sebuah struktur mendeskripsikan elemen-elemen penting pada oraganisasi secara umum. Sebuah model menggambarkan berbagai aktivitas dan struktur-struktur organisasi yang diperlukan enterprise dalam perjalannannya melawati tahapan-tahapan perkembangan IT. Literatur yang dicontohkan sebagai bahan pertimbangan dalah yang digunakan oleh McKinsey & Company (Pascale and Athos, 1981) ang dinamakan Seven-”S”
Severn-S digunkaan dalam analisis proses manajemen dan organisasi yang dirangkuam sebagai berikut :
Strategi---Perencaaan atau penyebab sebauah aksi muncul kepermukaan pada alolasi dari kelangkaan sumberdaya enterprise, over time dan pencapaian tujuan-tujuan teridentifikasi.
Struktur---karakteriusai dari Bagan Organisasi
Sistem---Laporan Prosedural dan proses rutin, seperti halnya format rapat
Staff-"Demografi” deskripsi dari ketegori personel yang penting dalam enterprise (enginer, enterprenur, MBA)
Style---Karakterisasi bagaimana menejer-manajer kunci akan mendapatkan dari tujuan-tujuan organisasi, juga lingkungan budaya pada organisasi.
Skills---Perbedaaan kapabilitas dari personel kunci datau enterprise secara keseluaruhan.
Superordinat---Sebuah arti penting atau arahan konsep, yang mengilhami anggota
Goals----dalam organisaisi.
Strategi---Perencaaan atau penyebab sebauah aksi muncul kepermukaan pada alolasi dari kelangkaan sumberdaya enterprise, over time dan pencapaian tujuan-tujuan teridentifikasi.
Struktur---karakteriusai dari Bagan Organisasi
Sistem---Laporan Prosedural dan proses rutin, seperti halnya format rapat
Staff-"Demografi” deskripsi dari ketegori personel yang penting dalam enterprise (enginer, enterprenur, MBA)
Style---Karakterisasi bagaimana menejer-manajer kunci akan mendapatkan dari tujuan-tujuan organisasi, juga lingkungan budaya pada organisasi.
Skills---Perbedaaan kapabilitas dari personel kunci datau enterprise secara keseluaruhan.
Superordinat---Sebuah arti penting atau arahan konsep, yang mengilhami anggota
Goals----dalam organisaisi.
Revisi Tahapan dalam Model Pertumbuhan- Growth Model
Perkembangan dalam IT matutitas dalam sebuah organisasi dapat dijelaskan dalam enam tahapan, yangmasing-masingnya merupakan sekumpulan asosisasi kondisi tertentu dengan Severn-”S”
Tahap-1 Ad Hocracy
Tahap-2 Staring the Foundation (Pengembangan kerangka Dasar)
Tahap-3 Centralized Dictatorship (Manajemen Terpusat)
Tahap-4 Democratic Dialectic and Corpooration (Demokrasi dan Kerjasama)
Tahap-5 Enterprenurial Opportunity (Peluangan Wirausaha)
Tahap-6 Integrated Harmonious Relationship (Kesatuan Harmonis)
Perkembangan dalam IT matutitas dalam sebuah organisasi dapat dijelaskan dalam enam tahapan, yangmasing-masingnya merupakan sekumpulan asosisasi kondisi tertentu dengan Severn-”S”
Tahap-1 Ad Hocracy
Tahap-2 Staring the Foundation (Pengembangan kerangka Dasar)
Tahap-3 Centralized Dictatorship (Manajemen Terpusat)
Tahap-4 Democratic Dialectic and Corpooration (Demokrasi dan Kerjasama)
Tahap-5 Enterprenurial Opportunity (Peluangan Wirausaha)
Tahap-6 Integrated Harmonious Relationship (Kesatuan Harmonis)
Tahap1-Adhocracy: dalam tahapan ini model dideskripsikan tidak terkontrol, pendekatan Ad Hoc digunakan dari IT yang biasanya ditunjukkan dengan inisialisasi organisasi. Tidak dikatakan semua organisasi akan menyisaka w aktu yang lama untuk Tahapan-1, beberrpa organisasi dapat berjalan dengan cepat menuju tahapan berikutnya. Selanjutnya Tahapan Adhocracy dijelaskan dalam konteks Seven-S (Strategi, Structure, Staff, System, Style, Skill, dan Superordinat Goals)
Tahap-2 Starting the Foundations: Tahap kedua model ditandai dengan meningkatnya dominanitas IT dalam grak organisasi. Selanjutnya Tahapan Straing dan Foundations dijelaskan dalam konteks Seven-S (Strategi, Structure, Staff, System, Style, Skill, dan Superordinat Goals)
Tahap-3 Centralized Dictatorship: Tahapan ketiga ini merupakan bentuk pengedalaian dari penciptaan keseimbangan yanjg disebabkan oleh ad hoc nature pada Tahap-1 mengelami ketidak sesuaian dalam sistem pada Tahapan-2. Pada Tahapan ini diperlukan kesatuan dan kerjasama anatar unit organisasi daalm mendukung suatu perencaanan meyeluruh. IT dalam pengewasan tersentral dapam tahapan ini, namun secara aktual diluar kontrol, karean IT justru merupan sental dari kontrol itu sendiri. Dalam pengembangan IT yang menggunakan model Top-Down diperlukan kesadaran untuk mencari dan mengembanganklan sistem yang secara aktual bertemu dengan kebutuhan-kebutuhan bisnis realnya. Dalam pemahaman secara umum IT seharusnya melakaukan suport organisasi, semua pembangunan IT harus terhubung secara fundamen dengan perencaanaan corporate/ business secara linier. Selanjutnya Tahapan Centralized Dictatorship dijelaskan dalam konteks Seven-S (Strategi, Structure, Staff, System, Style, Skill, dan Superordinat Goals)
Tahap-4 Democratic Dialectic and Cooperation: Pengembangan ini terkait dengan model pengembangan dan pembaungan perencaaan dari organnisasi IT yang terlibat staff. Pengembangan perencanaan Top-Down menuntuk kerjasaam antar semua staf yang terliubat, senior eksekutif, enginer dan user dalam konteks dialog yang demokratis mengenai kebutuhan yang muncul dalam penembangan IT. Selanjutnya Tahapan Democratic Dialectic and Cooperation dijelaskan dalam konteks Seven-S (Strategi, Structure, Staff, System, Style, Skill, dan Superordinat Goals)
Tahap-5 Enterprenual Opportunity: Fungsi IT muncul dibawah beban dari penyediaan dukungan pelayanan pada bagian lain dari organisasi dan akan mampu menyeniakan keuntungan startegik. Operasional sistem yang utama adalah: pada tempatnya, berjalan dengan relatif smooth dan meyediakan kesempatan membangun sistem startegik yang didasarkan pada sistem operasional. Selanjutnya Tahapan Enterprenual Opportunity dijelaskan dalam konteks Seven-S (Strategi, Structure, Staff, System, Style, Skill, dan Superordinat Goals)
Tahap-6 Integrated Harmonious Relationship: Hal yang dapat dicapai dalam Tahap-6 adalam menemukan era baru tentang suatu kerumitan dari penggunaan IT. Pada tahapan ini diperlukan adanya hubungan kerja yang harmonis antara peronel IT dengan personel lain dalam organiasi. Tahap ini IT sangat terkait pada semua aspek dalam organ
Tahap-2 Starting the Foundations: Tahap kedua model ditandai dengan meningkatnya dominanitas IT dalam grak organisasi. Selanjutnya Tahapan Straing dan Foundations dijelaskan dalam konteks Seven-S (Strategi, Structure, Staff, System, Style, Skill, dan Superordinat Goals)
Tahap-3 Centralized Dictatorship: Tahapan ketiga ini merupakan bentuk pengedalaian dari penciptaan keseimbangan yanjg disebabkan oleh ad hoc nature pada Tahap-1 mengelami ketidak sesuaian dalam sistem pada Tahapan-2. Pada Tahapan ini diperlukan kesatuan dan kerjasama anatar unit organisasi daalm mendukung suatu perencaanan meyeluruh. IT dalam pengewasan tersentral dapam tahapan ini, namun secara aktual diluar kontrol, karean IT justru merupan sental dari kontrol itu sendiri. Dalam pengembangan IT yang menggunakan model Top-Down diperlukan kesadaran untuk mencari dan mengembanganklan sistem yang secara aktual bertemu dengan kebutuhan-kebutuhan bisnis realnya. Dalam pemahaman secara umum IT seharusnya melakaukan suport organisasi, semua pembangunan IT harus terhubung secara fundamen dengan perencaanaan corporate/ business secara linier. Selanjutnya Tahapan Centralized Dictatorship dijelaskan dalam konteks Seven-S (Strategi, Structure, Staff, System, Style, Skill, dan Superordinat Goals)
Tahap-4 Democratic Dialectic and Cooperation: Pengembangan ini terkait dengan model pengembangan dan pembaungan perencaaan dari organnisasi IT yang terlibat staff. Pengembangan perencanaan Top-Down menuntuk kerjasaam antar semua staf yang terliubat, senior eksekutif, enginer dan user dalam konteks dialog yang demokratis mengenai kebutuhan yang muncul dalam penembangan IT. Selanjutnya Tahapan Democratic Dialectic and Cooperation dijelaskan dalam konteks Seven-S (Strategi, Structure, Staff, System, Style, Skill, dan Superordinat Goals)
Tahap-5 Enterprenual Opportunity: Fungsi IT muncul dibawah beban dari penyediaan dukungan pelayanan pada bagian lain dari organisasi dan akan mampu menyeniakan keuntungan startegik. Operasional sistem yang utama adalah: pada tempatnya, berjalan dengan relatif smooth dan meyediakan kesempatan membangun sistem startegik yang didasarkan pada sistem operasional. Selanjutnya Tahapan Enterprenual Opportunity dijelaskan dalam konteks Seven-S (Strategi, Structure, Staff, System, Style, Skill, dan Superordinat Goals)
Tahap-6 Integrated Harmonious Relationship: Hal yang dapat dicapai dalam Tahap-6 adalam menemukan era baru tentang suatu kerumitan dari penggunaan IT. Pada tahapan ini diperlukan adanya hubungan kerja yang harmonis antara peronel IT dengan personel lain dalam organiasi. Tahap ini IT sangat terkait pada semua aspek dalam organ
Aplikasi Model RevisiAplikasi dari model revisi dalam konteks organisasi Four Perth-based dideskripsikan secara detail oleh (Galliers dan Shutherland,1991). Dalam konteks ini meskipun daplikasi beriktnya model akan menyediakan secara penuh klarifikasi lokasi dari tiap-tiap organisasi dalam istilah maturitas IT, namun juga menyediakan pengertian yang mendalam dalam aplikasi model sebagai berikut :
Beberapa Organisasi tampak merupakan tanpilan karakteristik yang berasosiasi dengan sejumlah tahapan pada masing-masing elemen Seven-”S” . Hal ini tuidak tampak seperihalnya pada sebaian oranisasi tertentu secara keselurahan dalam satu tahapan. Sehingga pemakkian model akan memberikan tuntutan kebutuhan perhatian pada area-area tertentu.
Elemen-elemen pada tahapan awal harus dialamatkan secara cukup sebelum direlasikan dalam elemen-elemen pada tahapan yang lain. Organisasi tidak mengeinginkan cara bekerja sepertihanya ”sapi perah” meliputi semua elemen-elemen pada tiap-tiap tahapan membuat kesalahan yang sama sebagai suatu yang terjadi pada masa lalu. Organisasi akan berkerja dengan menemuka pola dari perncanaan sistem informasi. Aspek positif pada tahapan awal dari model tidak akan dibuang ketika pergerakan dijalankan pada tahapan selanutnya. Secara efektif organiasi seharusnya melakukan konolidasi dalam lebih banyak elemen pada suatu tahapan tertentu., dan memilih suatu elemen kunci tertentu yang akan dialamatkan pada tahapan selanjutnya. dalam kondisi khusus tidaklah terlalu penting suatu organisasi mengembangakan arah tahapan mature secara automatis.
Model akan dijumpai secara tertentu dalam keguaan yang membawa pandangan holistic dari isu-isu manajemen sistem informasi, yang dihadapkan apda pengembangan aplikasi sistem informasi, formulasi/perncanaan sistem informasi, perubahan alamiah kebutuhan skill, bentuk manajemen dan struktur organiasi.
Beberapa Organisasi tampak merupakan tanpilan karakteristik yang berasosiasi dengan sejumlah tahapan pada masing-masing elemen Seven-”S” . Hal ini tuidak tampak seperihalnya pada sebaian oranisasi tertentu secara keselurahan dalam satu tahapan. Sehingga pemakkian model akan memberikan tuntutan kebutuhan perhatian pada area-area tertentu.
Elemen-elemen pada tahapan awal harus dialamatkan secara cukup sebelum direlasikan dalam elemen-elemen pada tahapan yang lain. Organisasi tidak mengeinginkan cara bekerja sepertihanya ”sapi perah” meliputi semua elemen-elemen pada tiap-tiap tahapan membuat kesalahan yang sama sebagai suatu yang terjadi pada masa lalu. Organisasi akan berkerja dengan menemuka pola dari perncanaan sistem informasi. Aspek positif pada tahapan awal dari model tidak akan dibuang ketika pergerakan dijalankan pada tahapan selanutnya. Secara efektif organiasi seharusnya melakukan konolidasi dalam lebih banyak elemen pada suatu tahapan tertentu., dan memilih suatu elemen kunci tertentu yang akan dialamatkan pada tahapan selanjutnya. dalam kondisi khusus tidaklah terlalu penting suatu organisasi mengembangakan arah tahapan mature secara automatis.
Model akan dijumpai secara tertentu dalam keguaan yang membawa pandangan holistic dari isu-isu manajemen sistem informasi, yang dihadapkan apda pengembangan aplikasi sistem informasi, formulasi/perncanaan sistem informasi, perubahan alamiah kebutuhan skill, bentuk manajemen dan struktur organiasi.
PUSTAKA
----------------------------------
----------------------------------
Galliers R dan Doroty, 2003, ”Strategic Information Management: Challanges dan Strategis in Managing Information System”, Edisi ketiga, Britain