Industri kreatif dapat diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Those industries which have their origin in individual creativity, skill and talent, and which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual property and content. Dalam defini Departemen perdagangan, Industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta membuka lapangan pekerjaan dengan cara mengeksploitasi daya kreativitas dan daya cipta individu tersebut. Perubahan paradigma indosteri kreatif sebenarnya sedikit berbeda dengan yang telah diramalkan Alvin Toffler (1970) dalam Future Shock yang menyatakan bahwa gelombang peradaban manusia itu dibagi tiga gelombang. Gelombang pertama adalah abad pertanian. Gelombang kedua adalah abad industri dan gelombang ketiga adalah abad informasi. Sementara ini Toffler baru berhenti disini, namun variable teknologi dan pasar yang terus maju dan berkembang secara kompleks, dimana peradaban dengan kompetisi ketat, mendorongnya terbentuknya fase dan era peradaban baru ekonomi. Fase paradigma baru ekonomi ini disebut knowledge-based economy (ekonomi berorientasi pada kreativitas). Knowledge-based economy atau disebut juga Ekonomi Kreatif diawali dari pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia, menyebabkan berubahnya pemetaan arah industri secara global. Industri kreatif berfokus terhadap penciptaan nilai melalui daya kreativitas.
Gagasan dan ide merupakan kunci utama dalam industri kreatif, gagasan ini menjadi sumber daya yang terbarukan. Ekspresi dari gagasan dan ide yang terbentuk dalam Industri Kreatif membutuhkan jembatan bantu aplikatif strategis berupa Information Technology (IT). IT dan industri kreatif memang tidak bisa dipisahkan, pergeseran ekonomi digital menjadi ekonomi kreatif telah mendorong peran teknologi informasi menjadi lebih dominan, dimana teknologi informasi dan komputer tidak hanya menjadi suatu alat yang berifat alat batu saja, namum keberadaan dan teknologi informasi telah berkembang, dan tertransformasi menjadi alat utama strategis yang melekat dengan proses bisnis sebuah enterprise. Misalnya seorang arsitektur tidak percaya diri menjelaskan usulan desain rancangan pada klien mereka ketika listrik mati, sehingga tidak dapat mensimulasikan rancangannya menggunakan display simulasi visual di komputer. Dalam konteks ini peran teknologi informasi sebagai alat bantu desain arsitektur adalah krusial dan strategis, karena melekat pada proses bisnis enterprise tersebut. Pada beberpa kasus industri kreatif lainnya peran teknologi sangat krusial membatu mengembangkan ide-ide, teknologi membantu mereka mentransformasi ide kedalam bentuk produk kreatif baru yang siap dilempar ke pasar.
Industri Kreatif di Indonesia menunjukkan kontribusi PDB cukup signifikan (4,75%) dengan serapan tenaga kerja sebesar 3.702.447 orang pada kurun 2002-2006 (BPS,2009). Nilai ekspor industri kreatif dalam kurun waktu tersebut mencapai Rp 81,4 triliun (9,13%) dari total ekspor nasional. Kontribusi dan prospek industri dari kreatif nasional mendorong pemerintah membentuk peta jalan dan regulasi bagi pengembangan industri kreatif di Indonesia 2009. Industri kreatif nasional sebagai satuan yang membangun iklim ekonomi kreatif Indonesia telah menunjukkan kontribusi PDB yang signifikan (4,75%) dengan daya serap tenaga kerja sebesar 3,7 juta pada kurun waktu 2002-2006, meskipun Indonesia dan dunia mengalami krisis ekonomi global 2009, namun industri kreatif Indonesia tetap tumbuh 1,5%. Nilai ekspor prduk-produk industry kreatif dalam kurun waktu tersebut mencapai Rp 81,4 triliun (9,13%) dari total ekspor nasional. Ekspor terbesar dari industri fasion seperti batik dan kerajinan, dengan Net Trade 2002-2010 mencapai 65,26%. Pada 2013 Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mengalami peningkatan menjadi 9.109.129,4 miliar rupiah, dari tahun sebelumnya 2012. Rasio dari kedua PDB mengindikasikan pertumbuhan tahunan berjalan sebesar +10,52%. Sementara, untuk sektor ekonomi kreatif sendiri telah memberikan kontribusi 641.815,4 miliar atau 7,04% dari total PDB. Kontribusi ini menempatkan sektor ekonomi kreatif di peringkat ketujuh dari 10 sektor ekonomi dengan persentase mencapai 7,05%. Sektor ekonomi kreatif mengalami peningkatan pertumbuhan +10,9% (Indonesia kreatif, 2013).
Di sisi lain, daya saing pasar global, sat ini industri kreatif tidak hanya mengandalkan harga atau mutu produk saja, tetapi bersaing berbasiskan inovasi, kreativitas dan imajinasi (Tagor Simatupang, 2009). Hal mendasar yang menjadi aset intelektual dalam industri kreatif adalah Knowledge Management yang memberikan dorongan adanya sinergi yang mewadahi kompetensi enterpreneurship, IT relatedness, lingkungan kultur lokal (cultural heritages) beserta pengetahuan lainnya berupa pengalaman kedalam set ensiklopedia pengetahuan, dimana merupakan aset vital dalam penguatan daya saing keunggulan kompetitif (Romeo Inonescu, Lilian M. Mogan. 2011; Edvinsson, L. 2002;). Jonas K. Hansen 2009, menunjukkan knowledge management merupakan aspek strategis yang komples, yang perlu dipelajari dan dipetakan secara hati-hati, karena bebera area knowledge management belum bias dijelaskan, dan belum tersentuh terori empiris yang ada saat ini, namun demikian knowledge management memberikan dampak signifikan dalam pengembangan industri kreatif pada suatu enterprise. Hal sejalan dengan kebutuhan tersebut, maka arah dan tujuan bagi pengembangan industri kreatif nasional adalah melakukan studi pengembangan daya saing industri kreatif nasional bagi terciptanya performance dan keunggulan competitve advantange berbasis sinergi daya dukung lingkungan IT dan nilai-nilai kearifan budaya cultural and local wisdom heritage, yang melekat pada penciptaan nilai produk kreatif. Nilai strategis lain dalam penelitian adalah perlu untuk dipetakannya faktor kunci pembentuk inovasi produk berupa knowledge management sebagai aset pembangunan dalam bentuk kerangka kerja, sehingga dampak dikembangkannnya model knowlede management yang berakar pada IT relatedness dan cultural heritages adalah sebuah kerangka kerja transfer pengetahuan sebagai konsep strategis pengembangan industri kreatif nasional.
KNOWLEDGE MANAGEMENT CAPABILITY ROOTED IN INFORMATION
TECHNOLOGY AND CULTURAL HERITAGE ENVIRONMENT SYNERGY TO
DEVELOP NATIONAL CREATIVE INDUSTRY COMPETITIVENESS
Author: Iwan Hermawan, VS Tripriyo, Suharnomo, Samuel Beta
Global economic paradigm has entered the fourth wave, the so-called creative economy. Tofler [32] revealed that the civilization era consists of three waves of economic times; agricultural economics (agricultural), industrial economics (industrial) and economic information (digital economy). The creative economy consists of a broad group of professionals, especially those in the creative industries, which contributed to the forefront of innovation, therefore, the creative economy can be said to be a system of supply and demand transaction that originates in the economic activity of the creative industries. Creative industries in Indonesia have flourished significantly since 2009. However, their developments have 20 years lagged behind the US and European Industries. Therefore, it is very important to formulate the model of the industrial development accurately and effectively that creates performance acceleration to catch up the backwardness. This research direction is to measure knowledge management dimensions, entrepreneurship reliability, and adoption of local cultural environment and mastery of ICT people in the creative Industries cities with strong cultural roots environment like Denpasar, Jogjakarta and Surakarta. Findings and referral in this study provide a description of the framework in developing the industries acceleration-based knowledge management needs to be applied carefully. Dimensions of resource development and strong independent entrepreneurs are crucial. The aspect of capability of mastering ICT by creative industry people is a competitiveness asset. Environmental elements that make up the local culture sets Knowledge Management should optimize its role in creative product design. Research and Technology is also reemphasized [15,25,26] that knowledge management have a significant influence on business performance of Creative National Industry. Keywords— Creative Industry, Knowledge Management Capability, Information Technology Worker and Industrial Competitiveness Performance.
[Iwan Hermawan et all, Engineering International Conference 2014 Proceeding, ISSN : 2355–3456, September 3rd, 2014, Uness Semarang, Indonesia]
TECHNOLOGY AND CULTURAL HERITAGE ENVIRONMENT SYNERGY TO
DEVELOP NATIONAL CREATIVE INDUSTRY COMPETITIVENESS
Author: Iwan Hermawan, VS Tripriyo, Suharnomo, Samuel Beta
Global economic paradigm has entered the fourth wave, the so-called creative economy. Tofler [32] revealed that the civilization era consists of three waves of economic times; agricultural economics (agricultural), industrial economics (industrial) and economic information (digital economy). The creative economy consists of a broad group of professionals, especially those in the creative industries, which contributed to the forefront of innovation, therefore, the creative economy can be said to be a system of supply and demand transaction that originates in the economic activity of the creative industries. Creative industries in Indonesia have flourished significantly since 2009. However, their developments have 20 years lagged behind the US and European Industries. Therefore, it is very important to formulate the model of the industrial development accurately and effectively that creates performance acceleration to catch up the backwardness. This research direction is to measure knowledge management dimensions, entrepreneurship reliability, and adoption of local cultural environment and mastery of ICT people in the creative Industries cities with strong cultural roots environment like Denpasar, Jogjakarta and Surakarta. Findings and referral in this study provide a description of the framework in developing the industries acceleration-based knowledge management needs to be applied carefully. Dimensions of resource development and strong independent entrepreneurs are crucial. The aspect of capability of mastering ICT by creative industry people is a competitiveness asset. Environmental elements that make up the local culture sets Knowledge Management should optimize its role in creative product design. Research and Technology is also reemphasized [15,25,26] that knowledge management have a significant influence on business performance of Creative National Industry. Keywords— Creative Industry, Knowledge Management Capability, Information Technology Worker and Industrial Competitiveness Performance.
[Iwan Hermawan et all, Engineering International Conference 2014 Proceeding, ISSN : 2355–3456, September 3rd, 2014, Uness Semarang, Indonesia]