Implementasi Framework Konsolidasi Data Center sebagai Solusi Disaster Recovery pada Wide Enterprise. Oleh : Iwan Hermawan. Dipresentasikan dalam Seminar Nasional Manajemen Tehnologi V. “Meningkatkan Efisiensi Bisnis melalui Aplikasi Manajemen Tehnologi”. Institut Teknologi Surabaya, 3 Februari 2007. Prosiding Nasional ISBN : 979-99735-2-X.
Teknologi informasi dewasa ini memiliki kecenderungan memunculkan
ketergantungan yang dominan bagi tingkat hidup wide-enterprise.
Perkembangan teknologi informasi yang semula sebagai alat dukung bagi
proses bisnis, kini berkembang menjadi alat stategis yang melekat pada
organisasi wide-enterprise. Fenomena ini meningkatkan peran vital
keberadaan teknologi informasi dalam memberikan keterjaminan
berlangsungnya operasional wide-enterprise secara keberlanjutan. Seiring
berkembangnya teknologi informasi pada wide-enterprise, probabilitas
risiko kegagalan sistem dalam mendukung operasi organisasi menimbulkan
dampak kerugian yang signifikan. Kerugian ini dapat berupa inefisiensi
pengelolaan infrastruktur, tingginya beban finansial atas sistem, maupun
munculnya loss benefit karena proses operasi yang tidak berjalan.
Disaster alamiah, kegagalan hardware dan hilangnya data merupakan
fenomena risiko yang perlu diperhitungkan. Pada saat komputer gagal,
maka recovery time merupakan suatu hal yang krusial. Proses recovery
time berbanding lurus dengan loss benefit sebagai dampak munculnya
disaster. Proses loading, konfigurasi sistem operasi dan instalasi ulang
software akan banyak menghabiskan produktifitas sumberdaya untuk
melakukan disaster recovery. Data Center ( DC ) dapat digunakan
sebagai suatu pendekatan disaster recovery. Metode Perencanaan
arsitektur disaster recovery berbasis fremework data center memiliki
langkah-langkah kerja yang terstruktur dalam perancangan desain,
implementasi maupun pengembangannya, dibandingkan penanganan disaster
recovery dengan metode lain, sehingga dengan mengimplementasi framework
konsolidasi data center secara konsisten akan memberikan solusi efektif
pada disaster recovery.
Kata Kunci : Disaster Recovery, Framework, Konsolidasi, Data Center, Wide-enterprise
Pendahuluan
Teknologi
informasi telah mengalami pergeseran domain dalam eksistensinya,
seiring dengan berkembangnya kebutuhan teknologi pada wide-enterprise.
Resiko kegagalan sistem akan menimbulkan dampak kerugian yang
signifikan. Disaster merupakan fenomena resiko yang berkorelasi dengan
loss benefit. Pada saat komputer gagal, maka hal yang krusial adalah
recovery time. Terhentinya layanan dan proses bisnis akan berimpas pada
loss benefit yang diderita enterprise, sehingga kebutuhan disaster
recovery yang efektif pada wide-enterprise menjadi kebutuhan yang
esensial untuk dibangun.
Data Center (DC) merupakan salah satu
alternatif pendekatan yang digunakan bagi disaster recovery, dimana DC
merupakan pusat data dari kumpulan aplikasi kritis, media simpan dan
kelengkapan infrastruktur, sedangkan konsolidasi DC merupakan proses
yang melibatkan perencanaan taktis, optimasi, migrasi dari sistem dan
fasilitas [6]. Implementasi DC adalah suatu pendekatan optimalisasi
teknologi dalam satu atau lebih DC, bagi didapatkannya cost saving,
peningkatan kinerja sistem serta mitigasi resiko. Konsolidasi DC
melewati beberapa cara untuk meminimalkan kompleksitas. Pengurangan
dilakukan pada sejumlah mungkin peralatan yang harus dikelola, dan
sejumlah cara yang digunakan untuk mengelolanya, sehingga infrastruktur
DC menjadi sederhana. Dengan infrastruktur yang sederhana akan mendorong
terciptanya pengelolaan efektif, dan pada akhirnya akan berbanding
terbalik dengan biaya pengelolaan dan Total Cost Ownership (TCO).
Implementasi DC harus memastikan suatu pemahaman yang jelas dari
kebutuhan bisnis, seperti melakukan prioritas pada aplikasi kritikal. Kajian Ilmiah mengenai Kerangka Kerja untuk Membuat Pusat Data atau di Kenal dengan nama Data Center pada Perusahaan Besar atau bahkan sebuah layanan eGoverement dalam sebuah kota untuk segera Menangani Perbaikan Bencana Disaster Recovery secara Cepat dan Akurat perlu dikembangkan.
Video Data Center Milik Google
Sumber: Google for Work
Kompleksitas DC diminimalkan dari beberapa aplikasi kunci yang dipilih. Aplikasi tersebut dilihat dalam hubungannya dengan kapabilitas disaster recovery untuk mendapatkan baseline organisasi. Disaster rocovery fokus pada restorasi segera mungkin dari infrastruktur dari munculnya disaster. Dengan melakukan identifikasi aplikasi kritis, menjadikan arsitektur DC mendapatkan tingkat avaliabilitas yang diinginkan. Hal yang penting bagi operasi adalah mendapatkan kebutuhan akurat dalam relasi pada aplikasi-aplikasi line bisnis wide-enterprise. Pemahaman akurat dari kebutuhan bisnis juga akan memastikan infrastruktur yang dibangun dengan optimal, sehingga dalam kajian pra-implementasi framework DC yang tidak kalah penting adalah melaksanakan analisis status (current state analysis) untuk memastikan pensejajaran antara bisnis dan teknologi.
Sumber: Google for Work
Kompleksitas DC diminimalkan dari beberapa aplikasi kunci yang dipilih. Aplikasi tersebut dilihat dalam hubungannya dengan kapabilitas disaster recovery untuk mendapatkan baseline organisasi. Disaster rocovery fokus pada restorasi segera mungkin dari infrastruktur dari munculnya disaster. Dengan melakukan identifikasi aplikasi kritis, menjadikan arsitektur DC mendapatkan tingkat avaliabilitas yang diinginkan. Hal yang penting bagi operasi adalah mendapatkan kebutuhan akurat dalam relasi pada aplikasi-aplikasi line bisnis wide-enterprise. Pemahaman akurat dari kebutuhan bisnis juga akan memastikan infrastruktur yang dibangun dengan optimal, sehingga dalam kajian pra-implementasi framework DC yang tidak kalah penting adalah melaksanakan analisis status (current state analysis) untuk memastikan pensejajaran antara bisnis dan teknologi.
Implementasi
konsep DC telah berkembang namun belum banyak memiliki framework
standar dalam perancangan arsitekturnya. Perencanan desain arsitektur
disaster recovery berbasis framework DC merupakan bentuk disaster
recovery yang baik, hal ini karena framework memiliki langkah-langkah
kerja yang terstruktur dan terukur dalam perancangan desain,
implementasi maupun pengembangannya dibandingkan penanganan disaster
recovery dengan metode lain. Dalam kajian ini framework Omar Zaidi[10]
digunakan sebagai dasar implementasi konsolidasi DC. Konsolidasi DC pada
framework Omar Zaidi digerakkan oleh kebutuhan dari objektif
enterprise. Framework mengidentifikasikan empat tahap: perencanaan,
desain, implementasi dan operasi. Masing-masing tahap dari framework
akan menunjuk beberapa lapisan, berupa lapisan bisnis, lapisan aplikasi
dan lapisan infrastruktur. Pada bagian dari tiap tahapan dan lapisan
merupakan kunci yang diperhitungkan dalam pembangunan DC secara efektif.
Metoda
Metoda
yang digunakan dalam mencari solusi permasalahan dari kebutuhan
disaster recovery pada wide-enterprise adalah melakukan implementasi DC
berbasis framework konsolidasi DC. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
implementasi framework DC :
a). Memahami kebutuhan bisnis melalui
mekanisme Business Impact Analysis (BIA). Langkah kunci DC dengan
tingkat avaliabilitas yang tinggi adalah memberikan penilaian mengenai
status dari operasional teknologi informasi untuk mengidentifikasi
solusi optimum bagi proses bisnis dan layanan.
b). Menetapkan
Service Level Agreement (SLA). SLA merupakan penyediaan layanan pada
matriks spesifik. SLA meminimumkan pemakaian layanan teknologi informasi
yang berlebihan serta meningkatkan kepuasan user. Merupakan hal penting
untuk membangun SLA selama konsolidasi DC, menciptakan ekspektasi user
untuk didesain pada arsitektur pada biaya minimal.
c). Membangun DC
sebagai solusi disaster recovery berbasis framework, konsolidasi DC Omar
Zaidi. Framework DC Omar Zaidi memiliki fleksibilitas terukur dalam
implementasinya, yang dapat dikembangkan dalam berbagai lingkungan
industri yang kompleks [10].
Hasil dan Diskusi.
Konsolidasi
DC sebagai solusi dari penanganan disaster merupakan suatu kajian yang
kompleks. Implentasi DC akan melibatkan solusi kosolidasi pada lapisan
bisnis, aplikasi serta infrastruktur. Implementasi DC yang efektif akan
sejalan dengan peningkatan kinerja sistem dan alokasi biaya TCO secara
optimal.
5. 1. Kompleksitas Data Center
Hal substansial
dalam implementasi DC adalah setiap aplikasi harus diperhatikan misi
kritikal. Operasi DC seringkali tidak memiliki kontrol diluar sistem
yang dikelola, maupun metodologi yang digunakan untuk mengelolannya.
Untuk alasan ini, sangat umum bagi masing-masing aplikasi pada DC akan
diimplementasikan dan dikelola secara berbeda. Dalam lingkungan operasi
cenderung melakukan pengelolaan sistem secara reaktif. Jika ada sesuatu
yang rusak, kondisi positifnya harus segera dibenahi dan berimbas pada
recovery time. Kondisi normatif akan menuntut mengenai apa yang
seharusnya terjadi, daripada mengelola pencegah masalah.
5.2. Nilai Manfaat Konsolidasi Data Center
DC
dapat dibangun dengan peralatan (device) yang minimum, namun memiliki
kapabilitas tinggi. Alasan kunci konsolidasi adalah rusaknya peralatan
dan biaya pengelolaan. Secara absolut penting untuk memahami fungsi
dari peralatan yang berhubungan proses sebelum melakukan konsolidasi.
Tahapan hirarki sebagai berikut alasan kunci memahami konsolidasi DC [4]
:
a). Melakukan reduksi sejumlah server. Komputer terdistribusi,
satu aplikasi digunakan untuk tiap-tiap host server dan user log on pada
aplikasi dari dekstop. Dengan menggunakan lebih sedikit server, akan
memudahkan bagi departemen enterprise untuk melakukan pengelolaan.
b).
Efisiensi media simpan, dimana masing-masing server memiliki
sekumpulan direct-attach storage yang menciptakan pulau-pulau media
simpan. Dengan melakukan konsolidasi, manajemen space disk dapat lebih
dioptimalkan.
c). Mengurangi proses, Sekumpulan proses dijalankan
pada masing-masing server dan aplikasi, sehingga berkurangnnya peralatan
yang digunakan pada sistem berarti akan menciptakan efisiensi proses
dari fungsional operasi bisnis.
d). Mengurangi dukungan staf, semua
peralatan dalam DC akan membutuhkan dukungan staf. Pada sistem
ketrampilan administrator, database, dan network engineer akan
menciptakan pemeliharaan yang mahal, dan dengan konsolidasi DC akan
memungkinkan lebih sedikit dukungan staf.
e). Mengurangi
pengeluaran enterprise, menggantikan beberapa bagian dari peralatan
dengan lebih sedikit hardware, akan membantu mengurangi TCO. Hal ini
membuat lingkungan lebih sederhana, mudah dikelola, sehingga berdampak
penurunan beban pemeliharaan hardware dan kebutuhan lebih sedikit akan
proses dan staf.
f). Meningkatkan reabilitas layanan, peralatan dan
proses konsolidasi. Dengan pengelolaan terpusat dan lebih sedikit
proses, selanjutnya lingkungan dapat dikelola dengan lebih efektif.
Pengelolaan efektif berbanding lurus dengan reliabilitas layanan serta
peningkatan waktu layanan (uptime).
5.3. Memahami Kebutuhan Bisnis dalam DC.
Pemahaman
kebutuhan bisnis dalam implementasi DC adalah melaksanakan analisis
status (current state analysis). Analisis status digunakan untuk menilai
proses dan memastikan pensejajaran antara bisnis dan teknologi [4].
a).
Analisis Status. Solusi avaliabilitas tinggi yang mencerminkan
operasional dan bisnis, tidak hanya aset fisikal, namun juga hubungannya
dengan resiko sistem, termasuk staf, pengetahuan, reputasi dan hal-hal
yang tidak bisa diraba lainnya.
b). Penilaian Resiko, tidak hanya
mengacu kejadian yang tidak diinginkan, tapi juga mengenai kesempatan
yang hilang. Beberapa metode untuk menggolongkan resiko, dimulai dari
rekategorisasi resiko (fisikal dan reputasi) maupun analisis dalam
pendekatan fungsional {finansial, distribusi}. Identifikasi resiko
dibutuhkan untuk diprioritaskan dalam pengelolaan sebelum difokuskan
pada solusi kebutuhan. Potensi skala dari rasio terjadinya disaster:
jarang [rare, skala 1], sedang [moderately likely, skala 2] , tinggi [highly likely, skala 3] dan sangat sering [fruent occurrence, skala 4].
Penilaian dampak diaplikasikan terhadap resiko. Potensial skala sebagi
berikut: dampak terkecil [minor impact, skala 1], dampak dalam waktu
pendek [sangat signifikan apabila dampak diberikan dalam waktu yang
panjang, skala 2], dampak signifikan pada waktu sedang [skala 3], dan
dasar bagi kelanjutan operasi [skala 4]. Suatu resiko dapat
diidentifikasi dan diprioritaskan ,
selanjutnya tim eksekutif akan mengevaluasi tingkat solusi.
c).
Penilaian Proses, dilakukan dalam bentuk analisis operasional
berhubungan proses dan kebutuhan bisnis proses untuk mementukan nilai
layanan maupun profil resiko bagi peningkatan kinerja operasional.
d).
Menyelengarakan Business Impact Analisis (BIA). BIA mendefinisikan
fungsi layanan kritikal yang harus dilakukan recover setelah terjadinya
disaster. Laporan BIA memberikan pemikiran bisnis mengenai identifikasi
kebutuhan recovery.
5.4. Teknologi bagi Tingkat Bisnis Berkelanjutan
Teknologi
informasi menciptakan evolusi dengan membangun tingkat dasar
avaliabilitas layanan yang sesuai kebutuhan bisnisnya. Hal esensial
dalam operasional teknologi informasi adalah mendapatkan sekumpulan
kebutuhan akurat yang sesuai dalam relasi pada aplikasi-aplikasi
bisnisnya. Meta Group[5] mendefinisikan empat kategori layanan dalam
mendukung kelanjutan bisnis dalam, lingkup disaster recovery :
a.Layanan
Platinum: akan memberikan kelanjutan avaliabilitas dengan sebuah
Recovery Time Objective (RTO) dan Recovery Point Objective (RPO) nol.
Hal ini membutuhkan kebutuhan sinkronisasi replikasi yang memastikan
zero data loss dalam kasus disaster. Secara khusus untuk menemukan
tingkat layanan, organisasi akan membutuhkan dua DC dengan jarak paling
sedikit 50 mil terpisah (memastikan sinkronisasi replikasi data tanpa
dampak kinerja aplikasi yang serius). Layanan platimum memiliki batasan
kerja pada aplikasi yang memiliki dampak pendapatan tertinggi (high
revenue impact application).
b.Layanan Gold, akan didasarkan pada
controller media simpan berdasarkan pada replikasi data, dengan sebuah
RTO dari delapan jam dan RPO kurang dari 60 menit. Dalam layanan ini,
sebuah DC kedua dibutuhkan dengan menekankan pentingnya salinan semua
data dan aplikasi.
c.Layanan Silver, akan memanfaatkan tape-base
backup, dengan backup mingguan secara penuh berdasarkan penambahan
harian. RTO kurang dari 72 jam, dan RPO dalam satu hari (backup
tambahan terakhir). Dalam konteks ini operasi teknologi informasi
seharusnya memiliki proses operasional yang baik dalam tempat
melancarkan disaster recovery.
d.Layanan Bronze: kategori ini
mendefinisikan usaha terbaik disaster recovery dengan tidak ada layanan
pihak ketiga. Secara khusus, backup mingguan akan menjaga off-site,
dengan backup tambahan yang terjaga. Enterprise yang menggunakan model
layanan bronze akan mempertaruhkan kemungkinan rendahnya kegagalan DC.
RTO adalah lebih satu minggu dengan sebuah RPO satu hari (backup
tambahan terakhir).
5.5 Framework dan Implementasi Konsolidasi DC
Pemahaman
implementasi lebih lanjut dimulai dari pemahaman definisi framework,
arsitektur framework DC, yang selanjutnya akan dilakukan implementasi DC
dalam kapasitasnya sebagai alternatif disaster recovery.
5.5.1. Definsi Framework
Framework
didefinisikan sebagai: A simple model of an entire subject, “model
sederhana dari keseluruhan subjek ” atau A simple classification system
of an entire subject “ sistem klasifikasi sederhana dari keseluruhan
subjek” [11].
5.5.2 Framework Konsolidasi DC [Omar Zaidi]
Dalam
framework yang dibangun Omar Zaidi mendefiniskan konsolidasi dalam lima
tipe, yaitu berupa konsolidasi fisikal, standardisasi peralatan,
konsolidasi server-media simpan, dan konsolidasi aplikasi[10].
Selanjutnya pada framework yang ditunjukkan pada Gambar1, implementasi
DC meliputi empat tahap dari pembangunan. Tahapan tersebut berupa fase
perencanaan, fase desain, fase implementasi dan pada fase operasi.
Keempat tahapan konsolidasi DC tersebut akan dijelaskan pada tiga
lapisan (layer), yang berupa lapisan bisnis, lapisan aplikasi dan
lapisan infrastruktur. Sehingga pada fase perencanaan pada framework
Omar Zaidi akan menjelaskan prespektif perencanaan dari lapisan bisnis,
perencanaan dari lapisan aplikasi dan perencanaan pada lapisan
infrastruktur, demikian juga pada fase desain, fase implementasi dan
fase operasi. Sehingga akan terbentuk sebagai suatu matriks berordo 4x3,
dimana dalam konsistensi implementasinya akan terisi 11 matriks. Fase
operasi framework Omar Zaidi tidak menjelaskan lapisan bisnis
enterprise, karena lapisan bisnis akan terukur efektifitasnya pada fase
pasca implementasi. Sehingga apabila perencanaan dan desain dilakukan
dengan benar, akan memiliki dampak minimal pada implementasi lapisan
bisnisnya.
Gambar-1: Framework Konsolidasi DC [Omar Zaidi: 2005]
Perlakuan
framework dibedakan pada perencanan pembangunan dan implementasi. Pada
fase perencanaan dan desain akan dilaksanakan dari lapisan bisnis menuju
lapisan infrastruktur (pendekatan top down). Pada kedua fase ini secara
hierarki menekankan pentingnya pendekatan bisnis yang digunakan pada
lapisan di bawahnya. Pemahaman pada area bisnis enterprise akan
memberikan dukungan pembangunan aplikasi dengan lebih baik. Pemahaman
kebutuhan konsolidasi aplikasi akan membantu desain konsolidasi
infrastruktur dengan efektif. Pada pembangunan DC berbasis framework
Omar Zaidi akan dieksekusi dari lapisan infrastruktur, aplikasi menuju
lapisan bisnis (pendekatan bottom up). Pendekatan penting dalam
implementasi adalah mengerjakannya pada lapisan paling bawah.
Keefektifan pada lapisan infrastruktur akan mendukung aplikasi-aplikasi
berjalan efisien, yang pada akhirnya memberikan keunggulan kompetitif
wide-enterprise.
Model disaster recovery berbasis konsolidasi
framework DC, tidak semua aplikasi dimasukan dalam DC, hal ini terkait
dengan beban TCO dan optimalisasi kinerja sistem. Pada fase perencanan
dan desain, aplikasi-aplikasi yang dilibatkan dalam DC adalah yang
memiliki kontribusi loss benefit tinggi yang diperoleh dari rekomendasi
BIA. Sedangkan infrastruktur DC dioptimalkan berdasarkan efisiensi yang
diperoleh dari kinerja pengelolaan aplikasi-aplikasi kritis.
Implementasi framework konsolidasi DC akan didukung oleh guideline
berupa definisi deskripsi kunci tugas (key task) dan resiko asosiasi
(associated risk) yang muncul pada minimnya konsistensi implementasi
framework [10]. Evaluasi dari keberhasilan disaster recovery berbasis
framework DC, akan ditinjau pada pasca fase implementasi. Dimana
evaluasi akan mempertemukan lapisan bisnis pada fase perencaaan dan
laporan operasi yang diperoleh dari Quality of Experience (QoE) serta
laporan eksekutif dan bisnis vertikal.
5.6. Tinjauan Sudut Pandang
Beberapa
prespektif dapat digunakan sebagai tinjuan efektifitas perencaan
disaster recovery berbasis framework DC. Sudut pandang diambil dari
prespektif Enterprise Architecture [7], dengan analisis prespektif
sebagai berikut :
a). Perencana (planner) DC, konsep framework yang
membentuk matriks yang terstruktur, membuat perencanaan dalam hierarki
yang memudahkan memetakan kebutuhan bisnis, aplikasi dan infrastruktur
dari disaster recovery berbasis DC.
b). Perancang (designer) DC,
sudut pandang akan terkait dengan aktifitas intermediasi antara apa yang
diinginkan pemilik sistem dan apa yang dapat dicapai secara teknis dan
fisik. Framework konsolidasi DC bagi pengelolaan disaster dibangun, pada
sudut pandang desainer akan optimal dalam capaian teknik dan fisik.
c). Pembangun
(builder), sudut pandang berkaitan dengan model teknologi yang akan
dikembangkan. Framework Omar Zaidi (2005) memberikan arahan pembangunan
konsolidasi DC akan dibangun dari tingkatan bawah menuju tingkatan atas
(pendekatan bottom up), yaitu diri lapisan infrastruktur, kemudahan
lapisan aplikasi dan berakhir pada dukungan pada lapisan bisnis.
Pembangunan harus konsisten dengan perencanaan pada sisi bisnis,
sehingga model pengelolan disaster recovery akan identik dan sejalan
dengan pembangunan Enterprise Architecture.
d). Pelaksana
(integrator), sudut pandang subkontraktor berkaitan dengan model.
framework Omar Zaidi membutuhkan definisi yang jelas dalam
pelaksanaannya, dukungan layanan yang terus berlanjut dan resiko migrasi
karena pelaksana tidak memahami kebutuhan konsolidasi, dijembatani
dengan perlunya SLA. Pihak ketiga maupun pelaksana memiliki batasan
spesifik mengenai kebutuhan pengadaan layanan dan infrastruktur bagi
model disaster recovery berbasarkan SLA yang dimiliki pada
wide-enterprise.
6. Kesimpulan
Kesimpulan
ini akan terkait dengan uraian pemahaman mengenai disaster recovery
berbasis framework. Hal-hal yang dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
a.Konsep disaster yang dikembangkan dengan menggunakan
DC memiliki beberapa tahapan berkaitan dengan lapisan bisnis, aplikasi
dan infrastruktur, sehinga perencanaan disaster recovery akan lebih
difokuskan pada aplikasi-aplikasi yang memiliki nilai vital bagi
operasional dan membuat infrastruktur akan lebih praktis dan efisien.
b.Dalam
implementasi DC, kebutuhan definisi SLA pada proyek pengelolaan
disaster yang melibatkan pihak ketiga (outsource) harus memiliki batasan
jelas, sehingga dapat ditatapkan suatu penyelenggaraan layanan baku
dari proses bisnis yang ada.
c.Implementasi layanan DC dalam
fungsi disaster recovery, sangat tergantung pada kajian yang diperoleh
BIA. Kajian BIA memberikan pemahaman seberapa pentingkah keterjaminan
aplikasi dari proses bisnis akan diselenggarakan. Wide- enterprise yang
memiliki sensitifitas pada loss benefits dan direkomendasikan dijalankan
pada layanan recovery platinum.
d.Implementasi framework DC
dikatakan efektif apabila pasca-implementasi didapatkan peningkatan
kinerja sistem, reduksi beban TCO dan mitigasi resiko. Pada fase
operasi, efektifitas terukur dengan adanya baseline Key Performance
Indcators (KPI) pada lapisan infrastruktur dan pengawasan tingkat
layanan pada lapisan aplikasi serta adanya evaluasi kulitas pada lapisan
bisnis.
[1] Alat Bantu Pemberajaran Mata Kuliah Projek PBE: Model Simulasi Multimedia
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi, Volume 2 No. 1 ISSN: 1087-0868. Resume mengeni rancang bangun alat dukung pengajaran, serta pengukuran efektifitasnya dengan pendekatan statistik kuantitatif.
[2] Pengembangan Pendidikan dan Sosio Ekonomi Pada Pesantren Desa Ngrembel dan Unit Ekonomi Masyarakat di Sekitarnya.
Jurnal DIANMAS. Inovasi dan Aplikasi Ipteks. Volume 1 No.1 ISSN: 2089-9602. Publikasi Pengabidan Masyarakat di Desa Ngrebel dengan luaran rekayasa biogas portabel, pengebangan pendidikan PAUD, pembuatan koperasi pesantren, pengembangan pendekatan BCCT serta pengenalan TIK. Dengan luaran pengabdian masyarakt yang terukur.
[3] Katalog Produk 3D pada Industri Cinderamata Bubut Kayu Jati Sentra Jepon, Blora.
Jurnal Teknologi Informasi. Volume 1 No.1 Agustus 2010; ISSN: 2087-0868. Publikasi Pengabdian Masyarakat berupa pengebangan Tehnologi Katalog digital dan Prototipe 250 item Produk berbasis Pendekatan Visual 3D.
[4] Bagaimana Konsep dan Framework Membanggun e-Goverment di Indonesia.
Jurnal JAPBI . Januari 2005. ISSN: 1411-6871. Konsep pendekatan kerangka kerja mengembangkan e-Goverment di Indonesia berakar pada pendekatan kepuasan layanan publik dan Tata kelola IT (IT Good Governance).
[5] Audit Sistem Untuk Menilai Ketercapain Dukungan Layanan Sistem dan Pengawasan Manajemen berbasis COBIT pada Institusi. Jurnal Ilmiah. 2011. Mengembangkan pendekatan yang berakar melalui model COBIT pada konsep asitektur tehnologi dilingkungan lembaga pendidikan
[6] Disaster Recovery System Berbasis Framework Data Center pada Wide-Enterprise. Presentasi Seminar Nasional Manajemen V. ITS 2006. Prosiding ISBN 979-99735-2-X. Paparan makalah menjelaskan konsep strategis dari Framework DC Omar Zaidi dengan konsep pengengan terstruktur bagi manajemen disaster pada Wide Enterprise.
[7] Model Sofware Bagi Pengajaran pada Mata Kuliah E-Commerce; Pengabangan Model Pengajaran bagi Konten e-Learning. Publikasi Penelitian Dosen Muda. Tahun 2008. Jurnal RAGAM, Jurnal Pengebangan Humniora. Vol.9 No.3 ISSN:1412-1050. Konsep pendekatan kurikulum PBL pada Matakuliah e-commerce dalam rangka menjembatani keterbatasan infrastuktur dan simulasi.
[8] Locus of Control. Penelitian Sosio Ekonomi untuk mengukur Konsep LoC dalam Lingkungan Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Prestasi Akademik. Jurnal RAGAM: Jurnal Pengembangan Humaniora. Vol 9 No. 3 Desember 2009. ISSN: 1412-1050. Mengenai Konsep LOC bagi pendekatan pada area akademik dalam rangka peningkatan prestasi.
[9] Paradigma Perpustakan Digital berbasis pada Recomender System Mobile Media. Pengembangan Konsep Perpustakaan Digital yang ditiger menggunakan algoritma komponen prinsipal analisis (KPA) yang disebarkan menggunakan SMS. Telah terpublikasi dalam Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi.
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi, Volume 2 No. 1 ISSN: 1087-0868. Resume mengeni rancang bangun alat dukung pengajaran, serta pengukuran efektifitasnya dengan pendekatan statistik kuantitatif.
[2] Pengembangan Pendidikan dan Sosio Ekonomi Pada Pesantren Desa Ngrembel dan Unit Ekonomi Masyarakat di Sekitarnya.
Jurnal DIANMAS. Inovasi dan Aplikasi Ipteks. Volume 1 No.1 ISSN: 2089-9602. Publikasi Pengabidan Masyarakat di Desa Ngrebel dengan luaran rekayasa biogas portabel, pengebangan pendidikan PAUD, pembuatan koperasi pesantren, pengembangan pendekatan BCCT serta pengenalan TIK. Dengan luaran pengabdian masyarakt yang terukur.
[3] Katalog Produk 3D pada Industri Cinderamata Bubut Kayu Jati Sentra Jepon, Blora.
Jurnal Teknologi Informasi. Volume 1 No.1 Agustus 2010; ISSN: 2087-0868. Publikasi Pengabdian Masyarakat berupa pengebangan Tehnologi Katalog digital dan Prototipe 250 item Produk berbasis Pendekatan Visual 3D.
[4] Bagaimana Konsep dan Framework Membanggun e-Goverment di Indonesia.
Jurnal JAPBI . Januari 2005. ISSN: 1411-6871. Konsep pendekatan kerangka kerja mengembangkan e-Goverment di Indonesia berakar pada pendekatan kepuasan layanan publik dan Tata kelola IT (IT Good Governance).
[5] Audit Sistem Untuk Menilai Ketercapain Dukungan Layanan Sistem dan Pengawasan Manajemen berbasis COBIT pada Institusi. Jurnal Ilmiah. 2011. Mengembangkan pendekatan yang berakar melalui model COBIT pada konsep asitektur tehnologi dilingkungan lembaga pendidikan
[6] Disaster Recovery System Berbasis Framework Data Center pada Wide-Enterprise. Presentasi Seminar Nasional Manajemen V. ITS 2006. Prosiding ISBN 979-99735-2-X. Paparan makalah menjelaskan konsep strategis dari Framework DC Omar Zaidi dengan konsep pengengan terstruktur bagi manajemen disaster pada Wide Enterprise.
[7] Model Sofware Bagi Pengajaran pada Mata Kuliah E-Commerce; Pengabangan Model Pengajaran bagi Konten e-Learning. Publikasi Penelitian Dosen Muda. Tahun 2008. Jurnal RAGAM, Jurnal Pengebangan Humniora. Vol.9 No.3 ISSN:1412-1050. Konsep pendekatan kurikulum PBL pada Matakuliah e-commerce dalam rangka menjembatani keterbatasan infrastuktur dan simulasi.
[8] Locus of Control. Penelitian Sosio Ekonomi untuk mengukur Konsep LoC dalam Lingkungan Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Prestasi Akademik. Jurnal RAGAM: Jurnal Pengembangan Humaniora. Vol 9 No. 3 Desember 2009. ISSN: 1412-1050. Mengenai Konsep LOC bagi pendekatan pada area akademik dalam rangka peningkatan prestasi.
[9] Paradigma Perpustakan Digital berbasis pada Recomender System Mobile Media. Pengembangan Konsep Perpustakaan Digital yang ditiger menggunakan algoritma komponen prinsipal analisis (KPA) yang disebarkan menggunakan SMS. Telah terpublikasi dalam Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi.
7. Daftar Pustaka
[1] Edward Wustenhoff, Sun System (2002), “Service Level Management in the Data Center”, http://www.sun.com/blueprints, akses : 24 Oktober 2004, 21:00 wib.
[2] Georgia Institut of Technology (2005) “Informaton Technology Policy, Common Definition”. Standart Document No.05.GIT.170 Rev 1.5.
[3] IBM. (2003) “Dynamic Infrastructure” http://www.ibm.com/, akses : 5 November 2005, 09:00 wib.
[4] Jayaswal Kailas (2006). “Data Center, Adminsitarion: Server, Storage, Service Over IP”. Wiley Publising. Indiana USA.
[5] Mathew Liotine (2003), “Mision Critical Network Planning”, Artech House Inc.Boston
[6] Meta Group. (2004) “Business Impact and Return on Investment from Mainframe Rehosting” Case Study White Paper Commissioned by Sun Microsystems.
[7] Rockwel Bonecutter (2005). “Data Center Consolidation Offering Overview”. Associate partner & Global Lead. Accenture Data Center Offerings.
[8] Sastramihardja, Husni (2005), “Enterprise Architecture”, Course Presentation, Institut Teknologi Bandung, Indonesia, April 2005.
[9] Spewak, Steven H., Steven C. hill. (1992). “Enterprise Architecture Planing: Developing Blueprint for Data, Applications and technologiey”, Princeton, USA
[10] Sun, “Blueprint, Data Center Desain Filosofi”, http://www.sun.com, akses : 24 Oktober 2005, 21:00 wib.
[11] Zaidi Omar, Ronny Ray (2005). “Data Center Consolidation: Using Performance Memories”.http://searchnetworking.techtarget.com, akses: 14 Oktober 2005, 10:00 wib.
[12] Zifa. www.zifa.com, akses: 11 Oktober 2005, 15.00 wib.